5/28/2011

Cerita Pengalaman Sex Istriku Ngentot Dengan Sahabatku

Cerita Pengalaman Sex kali ini emang agak miris untuk diceritakan di website cerita sex terbaru ini. Yaitu sebuah cerita panas terbaru tentang istri yang ternyata melakukan perselingkuhan dengan dengan seorang sahabat dekat suaminya. Yuk kita liat aja cerita sex tersebut ;) . Selamat membaca ya kawan. pokoknya kesini Sudah 3 tahun aku menunggu akhirnya istriku hamil juga. Hasil pemeriksaan dokter dia sudah terlambat 2 bulan, dan dinyatakan bahwa istriku sehat, kehamilannya juga tidak ada masalah. Karena ini kehamilan pertama otomatis istriku yang cantik, mungil ini sangat manja, belum waktunya ngidam dia sudah minta yang aneh aneh, kemarin dia minta kelapa muda yang harus aku ambil sendiri di pohonnya?what !! tapi demi istri tersayang aku mau juga belajar memanjat, tentu saja memakai tali pengaman.

Tetapi permintaan kali ini membuat aku terperanjat dan bingung bagaimana memenuhinya. Ketika kami asyik tiduran di kamar tiba tiba istriku bicara pelan : ? Mas sebenarnya aku ngidam sesuatu yang agak aneh mas?tapi takut ngomong sama mas. Pasti marah?tapi nggak tahu aku pusing banget, ngidam yang satu ini kayaknya harus bisa jadi beneran ..?

?Ngidam apa sih sayang?kalo bisa aku cari ya tentulah aku cari..? Kataku sambil baca koran.

? Bener nih gak marah..? tapi aku sebenarnya gak mau tapi entah sampe terbawa mimpi mas. Aneh banget. Aku ngidam ini mas…? Rini istriku menyodorkan cakram dvd. ? Hmmm apa nih ma ? hehehehehe jadi pengen bercinta nih ? kalo ngidam begini gampang…mas sekarangpun ok ok aja….? Kataku senyum senyum sambil menyalakan film XXX tersebut di player. Rupanya film tentang cewek disetubuhi rame rame.

?Wah masa pengen bercinta rame rame begini?wah kamu bisa aja ? Kataku sambil asyik nonton film horny tersebut.

Sambil tertunduk istriku berkata pelan : ?itu masalahnya?aku sering mimpi disetubuhi sama cowok cowok ganteng yang berbatang besar gitu mas?aneh ya..apa aku ini sudah gila tapi setiap aku tidur, mimpi itu langsung berputar di kepalaku.?

Sungguh aku terkejut bukan main. Ini tidak main main..ngidam model apa ini ?!
? Nggak ah !! gimana sih kamu?jangan bercanda Rin?? Teriakku marah marah.

Istriku menundukkan kepalanya sambil menangis. ? Habis?aku memang kepengen?gimana hayo??

Permintaannya memang gila dan bikin pusing kepala, sengaja 2 minggu ini aku biarkan. Akibatnya dia menangis tiap malam, aku sama sekali tidak diajak bicara.
Aku benar2 penasaran sebenar yang dia inginkan detailnya bagaimana sih. ? Dik…ok ok…gini gini…sebenarnya kamu inginnya bagaimana sih sayang ? hmmm….?

Sambil masih menangis istriku berbicara tersendat sendat aku sebenarnya Cuma ingin di gosok gosok aja kok mas, gak masuk beneran, Cuma penasaran aja gimana rasanya..bener gak masuk dan lagi kan dia nanti pake kondom. Dia nanti juga gak meluk Rini.. boleh ya mas…? Istriku kembali menangis.

Kepalaku benar benar pusing.Jelas aku tidak terima istriku disetubuhi laki laki lain, gila apa…!! Memang sih tidak sampai masuk, tapi kan nempel juga..
Terpikir olehku mending aku cerai saja, tapi menceraikan istri ketika hamil jelas jelas gak bener juga.

Andi temanku yang juga temannya Rini mengerti kesulitanku. ? Ron, itu memang permintaan gila, eh sorry aku gak bilang istrimu gila…tapi itu permintaan yang lain dari pada yang lain.?

Terus aku harus gimana Ndi ? masa aku harus carikan gigolo ? wah..gila apa !!?
Emosiku meledak ledak. ? Atau kamu mau bantu Ndi ?…aku tahu kamu bersih tapi aaahhhh gila, aku gak bisa melihat istriku disetubuhi orang lain.?
?Tenang Ron, kan gak bercinta beneran, cuma nempel doang…mungkin gak terlalu parah sih…dan pake kondom lagi, cukup aman. Mungkin istrimu cuma ingin merasakan gosokan di klitorisnya.? Andi berusaha meredam kemarahanku.

Beberapa hari aku tidak bisa tidur, akhirnya aku bulatkan tekadku, ok lah gak papa, semoga itu hanya keinginan di depan aja, nggak bener bener. Aku tahu karakter Rini, dia memang menggebu gebu di depan tapi kalau di seriusin biasanya gak jadi, semoga saja.

?Dik…ok kita carikan cowok yang bersih ya..trus harus berapa orang ? satu aja kan ? hah tiga ?!! kita coba 1 orang dulu aja gimana ? ok ? ok dua orang aja Kataku berusaha merayu.

Rini bersikeras minta 3 orang..ini membuatku pusing tujuh keliling. 3 orang tidak main main. Aku kawatir berpengaruh di kehamilannya, kalo keguguran gimana ?
Selain itu dia kan belum pernah mencoba bercinta dengan lebih dari satu orang atau apa itu namanya ? threesome ? dan sebangsanya..

Karena aku tidak bisa mencarikan aku serahkan sendiri ke Rini untuk mencari. Aku menyerah…terserah dialah..asalkan dia harus yakin kalo cowok cowok itu bersih..selain itu aku yakin dia Cuma ingin di depan aja, nggak bakalan beneran.
Semula dia tidak mau, alasannya dimana dan bagaimana mencarinya.

3 hari berlalu, aku tiduran sambil mengelus elus perutnya yang masih belum kelihatan hamilnya, Rini berkata pelan Mas…aku sudah dapat..aku ajak si Andi, sama Anton aja, mas kan juga kenal kan ?

Lho…aku kapan itu sempat minta tolong Andi, dia gak enak katanya, tapi kalo dia bisa bantu ya gak papa, aku lumayan percaya sama dia, tapi kamu bener bener gak masuk kan ? aku terus terang sangat keberatan kalo terjadi coitus. Cuma gesek gesek aja kan ?? Rini menggangguk angguk kan kepalanya ? Cuma gesek gesek klitoris aja tapi sampe aku orgasme ya mas.

Malam harinya aku diskusi dengan Andi dan Anton Aku hanya membantu saja Ron, jangan kuatir, gak bakalan masuk, aku hanya menggesekkan batangku saja, Anton juga sudah setuju dengan rencanaku.? Kata Andi.

Segera aku siapkan tempat tidur, rencananya aku hanya duduk di sebelahnya selama Rini dirangsang. Semoga saja tidak terjadi hal hal yang tidak aku inginkan, sungguh aku berharap ketika cowok cowok ini sudah siap, Rini membatalkan rencananya.

Rini muncul dengan memakai black lingerie dari La Zenza. Puting susunya yang merah muda membayang di balik bra tipis, Sementara stocking hitamnya yang berenda menempel lekat di pahanya yang mulus. Ahhh istriku memang cantik….dadaku bergemuruh karena cemburu.

Andi dan Anton terpaku menatap istriku, mereka tampak sungkan dihadapanku. ? OK lalu aku harus bagaimana ? ? Tanyaku memecah kebekuan.

? ummmm…umm, kalo bisa mas jangan disini dong..aku malu, gimana kalo mas di kamar sebelah aja. Aku gak lama kok…kan cuma menggesek gesek aja gak lebih….kata istriku. ? Dan lagi nanti mas kan bisa melihat dari video yang mas buat.

? Nanti aku akan bener bener jaga Ron..? Kata Anton pelan.
Aku letakkan camera video di meja sebelah tempat tidur. Kemudian sambil berjalan ragu aku berlalu ke kamar sebelah. Sekilas aku melihat Anton menurunkan celana panjangnya.

Di kamar sebelah aku tiduran di tempat tidur dengan gelisah, 5 menit berlalu, aku mendengar suara lirih rintihan istriku yang berulang ulang. 10 menit berlalu…..
Kemudian terdengar derakan tempat tidur yang bergoyang goyang, sedikit terdengar jeritan istriku…mungkin dia orgasme..
Ahh.. hatiku dibakar cemburu yang luar biasa. Kupukul dinding berkali kali karena aku menyesal mengapa menyetujui keinginan istriku. Sungguh bodoh…!!
20 menit berlalu….mengapa mereka lama sekali ? kembali terdengar rintihan dan jeritan panjang istriku. Derakan tempat tidur terdengar bertambah keras.
30 menit…aku tambah gelisah..mengapa lama sekali…45 menit…
Tiba tiba pintu kamarku terbuka, Rini berjalan pelan masuk menyerahkan camera video. Tali lingerie yang kiri terlihat putus sehingga buah dadanya yang ranum menyembul keluar.
? Mas lihatnya nanti aja ya setelah Andi dan Anton pulang…takut kalo mas marah. Nanti malah ribut…? Rini berkata pelan sambil menyeka keringat di lehernya.

Aku lihat Anton dan Andi masih menarik celananya ke atas. Di lantai aku lihat 2 kondom terisi penuh sprema Hhhh…aku menghela nafas…kalau mereka sampai ejakulasi tentu tidak hanya sekedar menggosok klitoris…
?Ron…eeee..tadi..eeee maksudku begini…eeee? Anton tampak kikuk menjelaskan.
? Ok…ok…kalian pulanglah…tidak perlu dijelaskan, aku bisa lihat dari filem ini kan ? thanks sudah merepotkan. Kataku dengan berjalan menuju televisi. Aku tidak sabar ingin segera menontonnya.

Setelah mereka keluar dan Rini menutup pintu depan, dia berjalan dan duduk disampingku sambil berbisik ,? Mas nanti jangan marah ya…mungkin adegannya agak berlebihan… tapi dilihat aja dulu mas…?

Aku diam saja sambil menyalakan TV. Adegan dimulai dengan Anton dan Andi melepas celana panjangnya. Terlihat istriku duduk di tempat tidur. ? ok sekarang kita harus bagaimana Rin ?? Suara Anton terdengar tidak terlalu jelas.

?ummm kalian tiduran aja, nanti aku duduk diatas kalian, gak papa kan ? tapi kalian diam aja lho tangan kalian jangan lari kemana mana…eh jangan lupa pake kondomnya…? Anton mulai rebahan di tempat tidur sementara Rini istriku perlahan mulai menaiki tubuh Anton. Hmmm aku yakin Anton terangsang berat, terlihat batangnya sudah menjulang tinggi padahal masih belum apa apa.

Sekilas Rini memandang camera, kemudian dengan posisi woman on top , tubuhnya perlahan bergoyang maju mundur. Andi duduk terdiam sambil memandang istriku.

Dadaku bergemuruh, tubuhku menggigil melihat istriku memejamkan matanya, aku cemburu karena Rini berusaha mencari kenikmatan dengan batang Anton. Goyangan Rini bertambah cepat dengan diiringi suara rintihan pendek pendek. ? Andi kamu siap siap dong?? Bisik istriku.
Kemudian tubuh istriku berpindah ke atas tubuh Andi. Terlihat batang andi sangat besar, lebih besar dari milikku. Kembali Rini bergoyang di atas batang Andi, kali lebih cepat. Rintihan dari mulutnya makin keras. ? aaahhh nikmat mas?maaf ya mas?aaah nikmat mas?
Tampaknya Anton dan Andi turut terangsang, tangannya mulai bergentayangan ke payudara istriku yang bergoyang indah, berulang kali Rini menepisnya. Kali ini Andi turut menggerakkan tubuhnya naik turun. Kurang ajar?aku khawatir batang Andi masuk ke dalam vagina istriku.
Tubuh Rini makin bergetar. Lenguhannya makin keras. Rintihan histerisnya membuat diriku gemetar. Rini mengayunkan tubuhnya ke depan dan kebelakang menyebabkan rambut panjangnya terlempar kesana kemari. Gerakan tubuhnya makin liar.

Tiba tiba kulihat jemari Rini mengarah ke sela sela pahanya, rupanya dia ingin menggenggam batang milik Andi. Sesuatu kejadian yang tak kuduga terlihat didepan layar. Rini memasukkan batang Andi ke dalam vaginanya !!?

? Ohhh..aku nggak kuat ?please aku gak kuat?masuk ya?? Rini merintih.
? Ahhh jangan Rin..jangan ! ? Andi berusaha melarang tetapi nafsu mengalahkan suaranya. Dan batang besar Andi perlahan memasuk vagina istriku yang licin merekah. Wajah Andi tampak kebingungan dengan berkali kali menghadap ke camera seakan minta maaf bahwa itu bukan kehendaknya.

Aku panik melihat apa yang ada didepan layar, sementara Rini istriku tertunduk merasa bersalah disebelahku. ? Rin?kenapa harus masuk Rin?kamu sendiri yang janji untuk tidak coitus? gimana sih Rin?

Aku kembali melihat ke layar. Batang Andi yang besar tampak keluar masuk dengan cepat. Sesungguhnya meskipun hatiku cemburu tapi pemandangan didepanku sangat menggairahkan. Lekuk tubuh istriku benar benar sexy dan menggairahkan. Gerakan Rini yang naik turun menyebabkan tempat tidur berderak derak. Rupanya ini yang tadi terdengar dari sebelah.

? Andi?kurang cepat?aaahhh lebih dalam dong.. aakhh??Tangan Rini meremas kuat sprei. Anton yang ada disampingnya berdiri dan sepertinya berbisik ke istriku. Yang kulihat istriku hanya mengangguk angguk.

Anton berjalan mengambil kondom di meja rias kemudian perlahan berjalan ke belakang istriku. Andi masih sibuk memompa, sementara Rini lemas merebahkan tubuhnya ke dada Andi. Dengan tenang Anton mengolesi anus istriku dengan pelicin. Apa yang akan dia lakukan ?

Perlahan Anton mengarahkan batangnya ke anus istriku, sambil meremas pinggul dan pantat, dia tekan batangnya memasuki anus istriku. Gila !! aku benar benar shock melihat ini. Kulihat Rini sama sekali tidak protes bahkan wajahnya tampak menikmati. ? Aaaaa?pelan?sakit..!!…pelan pelan ??
Dalam sekejap batang Anton yang tidak terlalu besar sudah masuk semua sampai ke pangkalnya. Tak lama kemudian batang Andi dan Anton bergerak mempompa bergantian.

Rintihan Rini makin keras, lenguhan panjang dan pendek membuat kedua laki laki itu bertambah cepat bergantian mengayunkan batangnya. Vagina istriku mencengkeram erat setiap hentakan dan tarikan batang ANdi. Sementara Anton berulang kali menepuk pantat istriku…sangat menggairahkan !

Aku terpesona melihat kondisi istriku saat itu. Disebelahku Rini pun terpaku melihat dirinya sendiri di layar TV. Derakan tempat tidur semakin cepat bergantian dengan jeritan pendek istriku, menahan kenikmatan. Rini mengimbangi pompaan dua pria itu dengan goyangan dan geliat pinggulnya.

Rini benar-benar mengerahkan seluruh tenaganya untuk menggapai kepuasannya. Bermenit-menit telah lewat, gerakan mereka tidak nampak mengendor. Aku yakin Rini mendapatkan multi orgasme. Mungkin orgasme beruntun yang sangat panjang. Dan dia belum akan berhenti. Kepalaku makin lama makin pusing melihat layar. Semuanya terasa bergoyang.

Dalam keadaan telanjang dan mengkilat karena keringatnya, istriku menggelinjang, menciumi dada berbulu Andi. Sungguh sebuah pemandangan yang sangat mendebarkan dan amat erotis. Tidak heran dengan cepat Anton dan Andi mengalami ejakulasi?? Rinnnn?aku keluar.!! ? TEriak Anton. Dengan cepat Andi mengikuti ? Aku jugaaaa!!!? Andi tidak mau kalah.

Tak lama kemudian kedua laki laki itu menggelepar di sebelah istriku. Dada istriku naik turun menahan nafasnya yang memburu. ? Andi?tolong masukkan lagi please?aku belum puas?

Andi bangkit kembali?hmmm rupanya dia masih kuat. ? Lepas kondomnya Di..gak usah pake…panas..ayo cepet ! ?
Aku terkejut, bagaimana mungkin istriku mengijinkan Andi menyetubuhinya tanpa kondom. Dengan segera Andi menghunjamkan batang raksasanya ke vagina istriku dalam dalam. Mataku mendadak kabur…

Aku memandang Rini disebelahku…,? Dek…sebenarnya kamu ini nyidam apa enggak sih ? kok jadi begini ceritanya ? ?

Rini masih tertunduk,? Maaf mas…maafkan aku…sebenarnya dulu sebelum menikah dengan mas, kami sudah sering main bertiga.?.Bisiknya.

Aku melihat kembali ke layar kaca kembali, tampak sekarang Anton memuncratkan spermanya ke mulut istriku. Kepalaku tambah pusing.
Jadi selama ini kalian berakting didepanku ? Ok Ok sekarang panggil mereka…cepat panggil mereka lagi !! jadi adek nggak nyidam kan sebenarnya ?! …aku mau kalian bercinta lagi di depanku ! langsung ! tapi aku juga ikutan main !! ? Teriakku ke istriku.

? Kita main ber empat ok ?! Dan aku mau nonstop sampe pagi ! Sekaraang !?
Istriku memandangku dengan takut?kemudian perlahan mengangkat HPnya.

Kepalaku rasanya ingin pecah. Jadi istriku selama ini selalu bercinta bertiga dengan mereka ? kenapa aku tidak curiga selama ini ? seharusnya aku sudah curiga ketika Rini sudah tidak perawan di malam pertama. Seharusnya aku curiga ketika Andi dan Anton bersedia mengantarkan istriku ke Surabaya kapan itu. Aaaaaarrrgghhhh !!!! sungguh bodoh diriku !!!
READ MORE - Cerita Pengalaman Sex Istriku Ngentot Dengan Sahabatku

Cerita Pengalaman Sex Anak 10 Tahun Menyetubuhiku

Cerita Pengalaman ini sebenarnya adalah aib yang tak seharusnya aku ceritakan di cerita sex terbaru ini. Tapi kegilaan cerita seks terbaru yang aku lakukan bersama keponakanku tommy jadi boomerang bagiku. Anakku harus kehilangan darah perawannya oleh si tommy anak 10 tahun yang memasukkan kontolnya ke liang memekku. Tommy, sepupuku, baru duduk di kelas empat SD. Baru saja ia tiba di rumah. Tommy nongkrong di lantai teras depan rumah. Rumahnya kosong. Ayah dan ibunya pergi bekerja, sedangkan ia anak tunggal. Tommy asyik membaca sebuah novel yang seharusnya hanya boleh dibaca oleh orang dewasa.

“Halo, Tommy. Lagi asyik baca nih. Mama udah pulang belum?”, Datang seorang wanita cantik berusia sekitar tiga puluh tahunan.
“Eh, Tante Tika. Mama belum pulang tuh!” jawab Tommy sambil menyembunyikan novel yang dibacanya ke belakang tubuhnya. Tante Tika, adik ayah Tommy, baru saja bercerai dengan suaminya.
“Eh, Tommy baca apa sih? Kok pake di umpet-umpetin segala? Tante boleh lihat nggak?” Setelah dibujuk-bujuk, Tommu mau menyerahkan novel itu kepada Tante Tika.

“Astaga, Tommy. Masih kecil bacaannya ginian!”, seru Tante Tika setelah melihat sampul buku yang bergambarkan seorang gadis muda dengan busana yang sangat minim dan pose yang menggiurkan. Tante Tika lalu membolak-balik halaman novel itu. Saat membaca bagian di mana terdapat adegan yang merangsang dalam buku itu, sekilas terjadi perubahan pada wajahnya.
“Tom, daripada kamu sendirian di sini, lebih baik ke rumah Tante yuk!”, ajak Tante Tika.
“Tapi, Tante, Tonny disuruh Mama jaga rumah”.
“Alaa, tinggal kunci pintu saja sudah”, kata Tante Tika sambil mengunci pintu rumah lalu ia menarik tangan Tommu ke mobilnya.

Mobil Tante Tika sudah meluncur di jalan raya menuju rumahnya. Sebentar-sebentar ia menoleh ke arah Tommy yang duduk di sampingnya.
“Masih kecil sudah ganteng begini”, gumam Tante Tika dalam hati. Ia menggerakkan tangannya meremas-remas kemaluan bocah yang masih hijau itu.
“Aduh, Tante. Geli ah”, kata Tommy. Tante Tika tersenyum penuh arti. Ia menarik tangannya ketika mobil sudah tiba di depan rumahnya yang megah bak istana di seberang danau Sunter.

Tante Tika usianya sudah mencapai tiga puluh dua tahun, tapi penampilannya masih seperti gadis berusia dua puluh tahunan berkat giatnya ia mengikuti senam aerobik di sebuah klub kebugaran beken di Jakarta. Wajahnya yang cantik ditambah dengan tubuhnya yang bahenol serta seksi. Payudaranya yang besar memang amat menawan, apalagi dia sekarang seorang janda. Sudah banyak lelaki yang mencoba merebut hatinya, tapi semua itu ditolaknya mentah-mentah. Menurutnya mereka hanya menginginkan hartanya saja. Tante Tika memang kaya raya, mobil mewahnya ada beberapa buah dari model yang mutakhir lagi. Rumahnya mentereng, di kawasan perumahan elite lagi. Itu semua berkat kerja kerasnya sebagai direktris sebuah perusahaan asuransi papan atas.

Oh ya, Tante Tika mempunyai seorang anak gadis bernama Andriana, putri satu-satunya, tapi biasa dipanggil Andri saja. Gadis manis ini duduk di kelas dua sebuah SMP swasta top di daerah Kelapa Gading. Pada usianya yang baru menginjak empat belas tahun ini, tubuh Andri sedang mekar-mekarnya. Payudara remajanya sudah ranum sekali, berukuran lebih besar daripada gadis-gadis sebayanya, laksana payudara gadis berusia tujuh belas tahun. Mungkin kemontokannya ini warisan dari ibunya. Tapi Andri memang anak yang agak kurang pergaulan alias kuper karena kebebasannya dibatasi dengan ketat oleh ibunya, yang kuatir ada pihak-pihak yang memanfaatkan kemolekan tubuh anaknya tersebut. Sama sekali Andri belum pernah merasakan apa artinya itu cinta. Padahal banyak sudah cowok yang naksir dia. Namun Andri belum sadar akan cinta.

“Tom, badan Tante pegal nih. Tolong pijatin ya”, kata Tante Tika sambil mengajak Tommy ke kamar tidurnya. Tante Tika membuka busananya. Lalu ia membaringkan tubuhnya yang telanjang bulat tengkurap di ranjang. Tommy masih lugu sekali. Ia belum tahu apa-apa tentang keindahan tubuh wanita.

“Tante kok buka baju? Kepanasan ya?”, tanya Tommy dengan polosnya. Tante Tika mengangguk. Lalu Tommy memijati tubuh Tante Tika. Mula-mula punggungnya. Lalu turun ke bawah. Tante Tika mendesah sewaktu tangan mungil Tommy memijati gumpalan pantatnya yang montok.

“Tante, kenapa? Sakit ya?”, tanya Tommy lugu. Mula Tante Tika memerah. Dia duduk di atas ranjang. Tangannya menarik tangan Tommy ke payudaranya.
“Tante, ini apaan? Kok empuk amat sih?”, tanya Tommy ketika tangannya menjamah payudara tantenya. Tante Tika mulai bangkit nafsu birahinya.
“Ini namanya payudara, Tom”.
“Kok Tante punya sih? Tommy nggak ada?”.
“Tommy, Tommy. Kamu bukan cewek. Semua cewek kalau udah gede pasti akan punya payudara. Payudara adalah lambang keindahan tubuh wanita”, Tante Tika menjelaskan dengan bahasa yang terlalu tinggi bagi anak seusia Tommy.
“Lalu pentilan ini apa namanya?”, tanya Tommy sambil memijit puting susu tantenya. Tante Tika sedikit menggelinjang terangsang.
“Ah.., Ini namanya puting susu. Semua wanita juga mempunyai puting susu. Mamamu juga punya. Dulu waktu kamu masih bayi, kamu minum susu dari sini”.
“Masa sih Tante. Biasanya kan susu dari sapi?”
“Mau nyobain nih kalo kamu nggak percaya. Sini deh kamu isap puting susu Tante!”.

Tommy kecil mendekatkan mulutnya pada payudara Tante Tika lalu diisapnya puting susunya.
“Ih, Tante bohong. Kok nggak keluar apa-apa?”, kata Tommy sambil terus menyedoti puting susu Tante Tika yang tinggi menegang itu. Tapi tantenya nampaknya tidak mempedulikan perkataan keponakannya itu.
“Teruskan.., Tom.., Sedot terus.., Ouuhh..”, kata Tante Tika bernafsu. Karena merasa mendapat mainan baru, Tommypun menurut. Dengan ganasnya ia menyedot-nyedot puting susunya. Tante Tika menggerinjal-gerinjal. Tak sengaja tangannya menyenggol gelas yang ada di meja di dekatnya, sehingga isinya tumpah membasahi bahu dan celana pendek Tommy.
“Ya, Tante. Pakaian Tommy basah deh!”, kata Tommy sambil melepaskan isapannya pada puting susu Tante Tika.
“Ya, Tommy. Kamu buka baju dulu deh. Nanti Tante ambilkan baju ganti. Siapa tahu ada yang pas buat kamu”, kata Tante Tika sambil beranjak ke luar kamar tidur. Sempat dilihatnya tubuh telanjang Tommy. Dikenalkannya pakaiannya lagi. Tante Tika pergi ke kamar anaknya, Andri, yang baru saja pulang dari sekolah.

“Dri”.
“Apa, Ma?”, tanya Andri yang masih memakai baju seragam. Blus putih dan rok berwarna biru.
“Kamu punya baju yang sudah nggak kamu pakai lagi nggak?”.
“Ngg.., Ada Ma. Tunggu sebentar”, Andri mengeluarkan daster yang sudah kekecilan buat tubuhnya dari dalam lemari pakaiannya.
“Buat apa sih, Ma?”, kata Andri seraya menyerahkan dasternya kepada ibunya.
“Itu, buat si Tommy. Tadi pakaiannya basah ketumpahan air minum”.
“Tommy datang ke sini, Ma? Sekarang dia di mana?”.
“Sudah! Kamu belajar dulu. Nanti Tommy akan Mama suruh ke sini!”.
“Ya.., Mama!” Gerutu Andri kesal. Ibunya tak mengindahkannya. Andri senang pada Tommy karena ia sering saling menukar permainan komputer dengannya. Tapi Andri keras kepala. Setelah jarak ibunya cukup jauh, diam-diam ia membuntuti dari belakang tanpa ketahuan. Sampai di depan kamar ibunya, Andri mengintip ke dalam melalui pintu yang sedikit terbuka. Dilihatnya ibunya sedang berbicara dengan Tommy.

“Tommy, coba kamu pake baju ini dulu. Bajunya Andri, sambil nunggu pakaian kamu kering”, kata Tante Tika sambil memberikan daster milik Andri kepada Tommy.
“Ya, Tante. Tommy nggak mau pake baju ini. Ini kan baju perempuan! Nanti Tommy jadi punya payudara kayak perempuan. Tommy nggak mau!”.
“Nggak mau ya sudah!”, kata Tante Tika sambil tersenyum penuh arti. Kebetulan, batinnya. Kemudian ia menanggalkan busananya kembali.
“Kalo yang ini apa namanya, Tom?”, tanya Tante Tika sambil menunjuk batang kemaluan Tommy yang masih kecil.
“Kata Papa, ini namanya burung”, jawab Tommy polos.
“Tommy tahu nggak, burung Tommy itu gunanya buat apa?”.
“Buat pipis, Tante”.
“Bener, tapi bukan buat itu aja. Kamu bisa menggunakannya untuk yang lain lagi. Tapi itu nanti kalo kamu sudah gede”.

Andri heran melihat ibunya telanjang bulat di depan Tommy. Semakin heran lagi melihat mulut ibunya mengulum batang kemaluannya. Rasanya dulu ibunya pernah melakukan hal yang sama pada kemaluan ayahnya. Semua itu dilihatnya ketika kebetulan ia mengintip dari lubang kunci pintu kamar ibunya. Kenapa ya burung si Tommy itu, pikir Andri.
“Enak kan, Tom, begini?”, tanya Tante Tika sembari menjilati ujung batang kemaluan Tommy.
“Enak, Tante, tapi geli!”, jawab Tommy meringis kegelian.
“Kamu mau yang lebih nikmat nggak?”.
“Mau! Mau, Tante!”.
“Kalau mau, ini di pantat Tante ada gua. Coba kamu masukkan burung kamu ke dalamnya. Terus sodok keras-keras. Pasti nikmat deh”, kata Tante Tika menunjuk selangkangannya.

“Cobain dong, Tante”, Tante Tika menyodokkan pantatnya ke depan Tommy. Tommy dengan takut-takut memasukkan “burung”nya ke dalam liang vagina Tante Tika. Kemudian disodoknya dengan keras. Tante Tika menjerit kecil ketika dinding “gua”nya bergesekkan dengan “burung” Tommy. Andri yang masih mengintip bertambah heran. Ia tidak mengerti apa yang dilakukan ibunya sampai menjerit begitu. Tapi Andri segera berlari kembali ke kamarnya ketika ia melihat ibunya bangkit dan berjalan ke arah pintu, diikuti oleh Tommy yang hanya memakai celana dalam ibunya. Sampai di kamarnya, Andri berbaring di ranjang membaca buku fisikanya. Tommy muncul di pintu kamar.

“Mbak Andri. Kata Tante tadi Mbak mau cari Tommy ya?”.
“Iya, kamu bawa game baru nggak?”, tanya Andri. Tommy menggeleng.
“Eh, Tom. Ngomong-ngomong tadi kamu ngapain sama mamaku?”.
“Nah ya, Mbak tadi ngintip ya? Pokoknya tadi nikmat deh, Mbak!”, kata Tommy berapi-api sambil mengacungkan jempolnya.
“Enak gimana?”, Andri bertanya penasaran.
“Mbak mau ngerasain?”.
“Mau, Tom”.
“Kalo begitu, Mbak buka baju juga kayak Tante tadi”, kata Tommy.
“Buka baju?”, tanya Andri, “Malu dong!”.

Akhirnya dengan malu-malu, gadis manis itu mau membuka blus, rok, BH, dan celana dalamnya hingga telanjang bulat. Tommy tidak terangsang melihat tubuh mulus yang membentang di depannya. Payudara ranum yang putih dan masih kencang dengan puting susu kemerahan, paha yang putih dan mulut, pantat yang montok. Masih kecil sih Tommy!

“Bener kata Tante. Mbak Andri juga punya payudara. Tapi punyanya Tante lebih gede dari punya Mbak. Pentilnya Mbak juga nggak tinggi kayak Tante”, Tommy menyamakan payudara dan puting susu Andri dengan milik ibunya.
“Pentil Mbak keluar susu, nggak?”.
“Nggak tahu tuh, Tom. Nggak pernah ngerasain sih!”, kata Andri lugu.
“Pentilnya Tante nggak bisa ngeluarin apa-apa, payah!”.
“Masak sih bisa keluar susu dari pentilku?”, kata Andri tidak percaya sambil memandangi puting susunya yang sudah meninggi meskipun belum setinggi milik ibunya.
“Mbak nggak percaya? Mau dibuktiin?”.
“Boleh!”, kata Andri sambil menyodorkan payudaranya yang ranum.

Mulut Tommy langsung menyambarnya. Diisap-isapnya puting susu Andri, membuat gadis itu menggerinjal-gerinjal kegelian.
“Ya, kok nggak ada susunya sih, Mbak?”.
“Coba kamu isap lebih keras lagi!”, kata Andri. Tommy segera menyedoti puting susu Andri. Tapi lagi-lagi ia kecewa karena puting susu itu tidak mengeluarkan air susu. Tapi Tommy belum puas. Diisapnya puting susu Andri semakin keras, membuat gadis manis itu membelalak menahan geli.
“Nggak keluar juga ya, Tom”, tanya Andri penasaran.
“Kali kayak sapi. Harus diperas dulu baru bisa keluar susunya”, kata Tommy.
“Mungkin juga. Ayo deh coba!”, kata Andri seraya meremas-remas payudaranya sendiri seperti orang sedang memerah susu sapi. Sementara itu Tommy masih terus mengisapi puting susunya. Akhirnya mereka berdua putus asa.

“Kok nggak bisa keluar sih. Coba yang lain aja yuk!”, kata Tommy membuka celana dalamnya.
“Apaan tuh yang nonjol-nonjol, Tom?”, tanya Andri ingin tahu.
“Kata Papa, itu namanya burung. Cuma laki-laki yang punya. Tapi kata Tante namanya kemaluan. Tau yang bener yang mana!”.
“Aku nggak punya kok, Tom?”, kata Andri sambil memperhatikan daerah di bawah pusarnya. Tidak ada tonjolan apa-apa”.
“Mbak kan perempuan, jadi nggak punya. Kata Tante, anak perempuan punya.., apa tuh namanya.., va.., vagina. Katanya di pantat tempatnya.
“Di pantat? Yang mana? Yang ini? Ini kan tempat ‘eek, Tom?!”, kata Andri sambil menunjuk duburnya.
“Bukan, lubang di sebelahnya”, kata Tommy yakin.
“Yang ini?”, tanya Andri sembari membuka bibir liang vaginanya.
“Kali!”.
“Jadi ini namanya vagina. Namanya kayak nama mamanya Hanny ya?”, kata Andri. Ia menyamakan kata vagina dengan Tante Gina, ibuku.
“Tadi mamaku ngisep-ngisep burung kamu. Emangnya kenapa sih?”, lanjut Andri.
“Tommy juga nggak tahu, Mbak”.
“Enak kali ya?”.
“Kali, tapi Tommy sih keenakan tadi”.

Tanpa rasa risih, Andri memasukkan batang kemaluan Tommy ke dalam mulutnya, lalu diisap-isapnya.
“Ah, nggak enak kok Tom. Bau!”, kata Andri sambil meludah.
“Tapi kok kudengar mamaku menjerit-jerit. Ada apaan?”, tanya Andri kemudian.
“Gara-gara Tommy masukin burung Tommy ke dalam guanya. Nggak tahu tuh, kok tahu-tahu Tante menjerit”.
“Gua yang mana?”, Andri penasaran.
“Yang tadi tuh, Mbak. Yang namanya vagina”.
“Apa nggak sakit tuh, Tom?”.
“Sakit sih sedikit. Tapi nikmat kok. Mbak!”.
“Bener nih?”.
“Bener, Mbak Andri. Tommy berani sumpah deh!”.
“Coba deh”, Andri akhirnya percaya juga.

Tommy memasukkan batang kemaluannya ke dalam liang vagina Andri yang masih sempit. Andri menyeringai.
“Sakit dikit, Tom”.
Tommy menyodok-nyodokkan “burung”nya berulang kali dengan keras ke “gua” Andri. Andri mulai menjerit-jerit kesakitan. Tapi Tommy tidak peduli karena merasa nikmat. Andri tambah menjerit dengan keras. Mendengar lengkingan Andri, Tante Tika berlari tergopoh-gopoh ke kamar putrinya itu.
“Dri, Andri. Kenapa kami?”, tanya Tante Tika. Ia terkejut melihat Andri yang meronta-ronta kesakitan disetubuhi oleh Tommy kecil.
“Ya ampun, Tommy! Berhenti! Gila kamu!” teriaknya naik darah. Apalagi setelah ia melihat darah yang mengalir dari selangkangan Andri melalui pahanya yang mulus.

Astaga! Andri telah ternoda oleh anak kecil berusia sepuluh tahun, sepupunya lagi?! Putrinya yang baru berumur empat belas tahun itu sudah tidak perawan lagi?!
“Nanti aja, Tante! Enak!”.
“Anak jahanam!”, teriak Tante Tika marah. Ia menempeleng Tommy, sehingga bocah itu hampir mental. Sementara itu, Andri langsung ambruk tak sadarkan diri.
Sejak kejadian itu hubungan keluarga Tommy dengan Tante Tika menjadi tegang.
READ MORE - Cerita Pengalaman Sex Anak 10 Tahun Menyetubuhiku

Cerita Pengalaman Sex Birahi dan Nafsu Sex Ibu Kosku

Cerita panas dan juga cerita sex terbaru ini mengisahkan kisahku waktu aku masih sekolah menengah atas atau SMA. Dari SMA aku sudah jauh dari kedua orang tuaku. Dan ada salah satu pengalaman ta terlupakan ketia ngentot dengan ibu kos. Berikut cerita seks yang lebih lengkap.

Peristiwa ini aku alami waktu masih SMA. Karena aku harus melanjutkan sekolah di semarang, sementara di kota itu aku tidak memiliki famili ataupun saudara, maka mau tidak mau akupun harus tinggal di tempat kost. Setelah beberapa kali mencari akhirnya aku memilih kost di tempat sebut saja tante Rini, seorang janda janda muda yg cantik dan rumahnya memang di buat khusus untuk tempat kost anak-anak sekolah.
Aku memilih kost di rumah tante Rini karena selain nyaman dan linkungannya bersih, juga karena jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat sekolahku. sama sekali tidak ada pikiran kalau aku memilih kost di situ karena ibu kostnya seorang janda cantik.

Pada bulan-bulan awal aku tinggal di rumah tante Rini, aku memang sudah merasakan gejala-gejala yg lain dari Ibu kost-ku itu. dari sekian banyak anak kost yg tinggal di rumahnya, hanya akulah yg mendapatkan perhatian lebih. bahkan untuk makan-pun aku di istimewakan. Awalnya aku sama sekali tidak punya pikiran apa-apa dengan hal itu. sampai akhirnya Tante Rini menyuruhku pindah ke kamar lain (salah satu kamar yg ada di rumah induk), karena kamarku yg lama akan di isi anak kost baru.

Awalnya aku memang sedikit sungkan karena di olok-olok teman-temanku, tapi aku sendiri tidak sanggup menolaknya dan akhirnya pindah juga ke kamar kost yg letaknya tidak jauh dari kamar tidur ibu kost ku.

Sejak tinggal di kamar yg baru, perhatian Tante Rini makin bertambah. Ia tidak hanya mengistimewakan aku dalam hal makan, tapi juga sering mengajakku ngobrol berdua, biasanya di ruang tengah, hingga makin lama aku tidak sungkan lagi dan tidak ada rikuh di antara kami.

Satu malam, Tante Rini minta tolong kepadaku untuk memijat tubuhnya yg katanya sangat capek dan pegel-pegel setelah seharian berpergian. ?Tolong pijitin aku sebentar ya Rud? kata Tante Rini sambil mengajakku ke kamarnya.

Di dalam kamarnya yg sepi dan serba rapi itulah tante Rini melepas baju atasnya. Sementara di balik baju atasnya yg berwarna biru muda itu Ia tidak mengenakan apa-apa lain. Setelah bajunya di tanggalkan dengan posisi membelakangiku, Tante Rini lalu ke ranjangnya dan tidur dengan posisi tengkurap. Karena tidak di tutupi apapun aku jadi bebas menatap punggungnya, kulitnya begitu mulus putih bersih.

Meski aku masih remaja waktu itu tapi aku tetap lelaki normal dan tentu saja gairahku bangkit melihat pemandangan yg seperti itu. ?Ayo Rud..? kata Tante Rini mengejutkan lamunanku. ?Iya Tante? sahutku sambil duduk di tepi ranjangnya dan mendekat lalu mulai memijit punggungnya. Ketika tangganku menyentuh kulit punggung tante Rini yg mulus itulah aku merasakan getaran aneh menjalar ke sekujur tubuhku. Aku berusaha mengendalikannya. ?Terus Rud. Pijatanmu enak lho? katanya setengah berbisik.

?Ah ini juga hanya ngawur kok, Tante? sahutku tak kalah lirihnya, sementara jemari tanganku masih terus menari-nari di atas punggung Tante Rini.

Entah di sengaja atau tidak! tiba- tiba Tante Rini membalikkan tubuhnya. Aku yg sejak tapi bersusah payah untuk megendalikan gejolak birahiku, kontan jadi kebinggungan. Meski Usia Tante Rini sudah 40-an tahun tapi tubuh Tante Rini masih sintal dan padat. Demikian pula dengan ?dua bukit kembar? di dadanya masih tampak kenyal dan menantang.

Entah setan mana yang merasuk otakku., dengan beraninya aku tiba-tiba meraih kedua buah dada Tante Rini lalu meremas-remasnya. ?Rud..Ohh? bisik desah Tante Rini, sementara tangganya balas meremas tangganku yg masih asyik memainkan payudaranya.

Merasa mendapatkan respon, maka aku jadi makin berani. Kini tidak hanya tangganku saja yg asyik bermain, tapi juga lidah dan mulutku. ?Ohhh?terus Rud?? desah Tante Rini dengan mata setengah terpejam saat aku menjilati dan mengulum puting susunya yg coklat kemerahan itu.

Puas dengan payudarannya ciumanku makin melorot ke bawah dan kulucuti celana dalamnya. Kini ciumanku hinggap di selangkangan tante Rini. Bibir vaginanya yg berbulu aku lumat dan aku jilati dengan penuh nafsu sampai Tante Rini mengelinjang dan mendesah-desah.

Rupanya Tante Rini tidak mau menjadi objek saja. Dengan ganasnya di merubah posi dan menelajangiku. Matanya terbelalak menyaksikan Rudal di selangkanganku yg tegak dengan gagahnya. Dengan penuh nafsu di mencium, menjilati dan mengocok torpedoku itu dengan mulutnya. Aku yg belum pernah merasakan hal itu sebelumnya hanya bisa melenguh dan sesekali mengeliat nikmat merasakan keganasan tante Rini meng-oral penisku. Rasa nikmatnya tak bisa ku ucapkan dengan kata-kata.

Setelah puas meng-oral rudalku Tante Rini langsung mengambil posisi telentang dan aku mengambil posisi di atasnya. Ia membimbing kejantaannku yang diarahkannya ke liang surganya. ?Masukin ya Rud, Tante sudah ngak tahan nih..? rengeknya. Aku yang juga sudah tidak sabar lagi akhirnya mulai mendorongkan kejantananku agar masuk kedalam memek Tante Rini. Ohh..rasanya nikmat sekali?, dengan gerakan teratur aku mulai melakukan gerakan maju-mundur. ?Aduh..ohhh?terus Rud..teruskan Rud..? desah Tante Rini tidak tertahankan lagi.

Ternyata meski sudah berumur 40-an tahun tapi memek Tante Rini masih enak dan kencang. Rudalku serasa dipijit dan diremas-remas oleh otot-otot liang kewanitaannya. Kusetubuhi Tante Rini dengan penuh nafsu sampai akhirnya kami sama-sama mencapai puncak secara bersamaan. Sehabis bercinta kami tidur berpelukan dengan tubuh masih telanjang.

Sejak kejadian itu hubunganku dengan Tante Rini semakin mesra saja. Setiap ada keinginan dan kesempatan Aku selalu tidak menolak dan bahkan semakin ketagihan untuk memenuhi hasrat seks Tante Rini yang mengelora
READ MORE - Cerita Pengalaman Sex Birahi dan Nafsu Sex Ibu Kosku

Cerita Pengalaman Sex Bercinta dengan Kedua Teman Cantikku

Cerita panas ini gue ceritakana dan sedikit gue rangkum dalam cerita sex terbaru seru dan paling hot berikut ini, Sebelum gue ceritain cerita sex gue dan juga cerita panas gue, gue mau perkenalin nama gue dulu. Nama gue David  Marko Subali, umur gue 20 tahunan, sedangkan untuk tinggi gue sendiri180cm, mempunyai kulit coklat muda, dan kontol yang cukup besar. Guwa tinggal di Jakarta dan sekolah di salah satu universitas negeri. Dah 1 tahun gue belajar dan kenal banyak temen di Universitas tersebut. Kehidupan SMA dan Kuliah gue sangat berbeda karena harus tinggal sendiri di rumah yg sengaja dibelikan orangtua dekat kampus. Rumah gue memiliki 3kamar yaitu untuk gue, pembantu, dan untuk temen2 gue kalau nginap. Itu semua karena kekhawatiran orangtua gue kalau nge kost. Gue adalah anak kesayangan dari kedua orangtua.

Selama kuliah kehidupan gue bener2 seru, karena gue hidup sendiri disini dan gue bisa ngelakuin banyak hal dengan bebas. Temen2 gue juga sering dateng atau nginep di rumah gue. Pada suatu hari kehidupan kuliah gue menjadi sangat BRUTAL dan berubah total karena kedua temen cantik gue yg bernama (samaran) Cinta dan Molly. Cerita panas sex terbaru ini dimulai pada suatu sore sehabis pulang kampus. Hari itu sangat melelahkan untuk kita semua yg di jurusan Bisnis karena seharian harus membuat tugas kelompok yg sangat banyak & ribet. Beruntung banget gue punya group yg asik2 jadi tidak begitu bosan mengerjakannya. Kelompok gue terdiri dari 5 orang yaitu gue, cinta, molly, paul, dan mark. Sesudah selesai mengerjakan tugas kelompok, perut kita mulai lapar dan ingin makan diluar bersama-sama. Tetapi karena paul dan mark tidak bisa ikut karena kacapaian, maka cinta dan molly mengusulkan untuk makan dirumah gue. Di dalam mobil gue cuman kita bertiga, MOLLY yg mempunyai tinggi sekitar 160cm, buahdada 36b, badan berisi, kulit putih, rambut sepundak, dan dandanannya sangat seksi itu duduk di sebelah gue dan CINTA yg mempunyai tinggi tidak jauh beda dengan molly, badan berisi, buahdada sekitar 36b, rambut sepunggung, kulit coklat muda, dan memakai tanktop hitam + celana pendek itu duduk di bangku belakang. Pikiran gue saat itu bener2 ngaco dan PENIS gue ga bisa berenti berdiri, perasaan gue jauh dari lapar sekarang tapi nafsu gue bener2 udah gabisa ditahan lagi. Suasana di mobil sangat sepi mungkin karena kita semua sangat lelah. Tiba2 Cinta membuka pembicaraan “Vid, kita jalan muter2 dulu yo jangan langsung kerumah lo”, dan Molly tiba2 ikutan membahas “iya vid kita ke Circle K aja dulu beli apaan kek terus ngobrol2 sambil jalan2″. Karena mereka berdua pingin jalan2 dulu yasudah tidak ada ruginya jg untuk gue, malah bisa ngeliat mereka berdua, dan cium bau parfum nya yg wangi. “yaudah, kita ke ck abis itu ke puncak aja sekalian biar bisa jalan2, udah mau malem jg jadi ga begitu macet”. Kita bertiga langsung menuju CK untuk membeli cemilan, dan beer.

Suasana Mobil mulai memanas, kita bertiga ngobrol, becanda2, dan gue inget gue masih punya 1 linting GANJA langsung saja kita bakar sama2. Bercandaan pun makin lama makin ngaco. Posisi Penis gue masih sama2 aja berdiri terus, ditambah melihat pemandangan indah dari Molly yg duduk di sebelah gue sedang mengikat rambut nya, dari situ ketek Molly yang sangat mulus terlihat jelas oleh gue, dan buah dadanya yg maju & keras membuat gue ga bisa berenti ngeliatnya. “Ehhh, liat aja jalanan dulu baru liatin ketek gue vid”, ternyata Molly sadar kalau gue liatin dia dari tadi ahaha. Perjalanan kami masih panjang sekitar 1stengah jam lagi sampe Puncak. Kita pun mampir ke pom bensin terdekat, dan Molly, Cinta ikut patungan bensin, Tiba2 sewaktu Molly kasih uang ke gue, uangnya jatoh diatas PENIS gue yg masih berdiri. Molly pun ambil uangnya diatas PENIS gue dan gue gatau itu sengaja atau ga sengaja Molly nyentuh PENIS keras gue. “Ahhhhhh….” Molly teriak karena tau itu gue lagi berdiri. Gue langsung cepet2 keluar mobil utk isi bensin. Sesudah isi bensin gue langsung masuk ke dalem mobil. “Kok itu lo berdiri sih vid, masih berdiri ga sampe sekarang” kata Cinta dari belakang. “Emangnya kenapa kalau masih berdiri? Lo mau pegang?” Jawaban konyol pun keluar dari mulut gue. “Gamau pegang sihh!!! Emangnya kenapa vid itu lo kok bisa berdiri?” kata Cinta, “soalnya gue lagi nafsu cin karena ada lo bedua”. “Emangnya kita berdua kenapa vid?” Molly ikutan, “Soalnya lo bedua itu cantik banget terus ehmmmm” karena efek ganja dan nafsu, gue jadi berani jawab yg engga2 begitupun mereka. “Boleh liat ga itu lo vid khan gue tadi udah kasih liat ketek gue yg jd bikin itu lo berdiri. Jadi sekarang giliran gue dong” kata Molly. Gue udah gatau mikirin apa2 lagi disitu walaupun mereka berdua temen deket gue tapi kali ini udah ga bisa ditahan lagi nafsu gue, “kalau mau liat buka aja sendiri” saut gue. Dengan cepatnya tangan Molly pun langsung meraba2 paha gue dan membuka resleting jeans gue. “ahhh kok serem sih gede gini, gue belom pernah megang itu yg asli jadi lo aja deh cin” kata Molly, “gue juga belom pernah mol, gmana donggg?” kata Cinta. Karena mereka berdua malu dan ga ada pengalaman sama sekali, gue jadi ga tega “yaudah kalau gamau resleting gue tutup lagi dong”. Tangan Molly langsung menuju Penis gue lagi utk nutup resleting gue. Ternyata tangan Molly kali ini bukan meresleting jeans gue justru membuka jeans gue. Jeans gue pun diplorotkan Molly, sekarang tinggal boxer gue aja. “Mau coba dong molll!” saut Cinta dari belakang. Sekarang gantian tangan Cinta yg memegang PENIS gue dari luar boxer. Gue cuman bisa mendesah aja gatau apa yg mereka berdua lakuin sama PENIS gue, karena harus konsen melihat jalan. Bibir Cinta pun tiba2 mengecup pipi kiri gue sambil asik mengelus2 PENIS gue dengan Molly. “Buka aja yah cin, lo juga mau khan ngeliat kontol nya david?” kata Molly. Kali ini PENIS gue bener2 tegak dan sudah tidak ada sehalai benangpun yang menghalangi. “WOW!!!” Cinta dan Molly kaget pas melihat PENIS gue pertama kali nya, dan PENIS gue itu kontol pertama yg dilihat oleh mereka berdua lohhh! *GA KEBAYANG KHAN ENAKNYA* “Vid kita khan udah buat nafsu lo tadi, terus sekarang lo udah buat kita nafsu juga. Sekarang giliran lo lagi vid” kata Cinta. Aduhhh ini dua temen cantik gue kok nambahin nafsu aja sihhh. “Hmm, emangnya lo berdua lg pingin dicium apanya sih?” kata gue. “Semuanya juga mau dicium vid, cium bibir kita berdua dulu dehhh” kata Molly, akhirnya pas jalanan lagi kosong gue sempet2in utk cium Molly dulu yg pertama dan Cinta sesudah itu. “Sekarang lo lagi khan?”kata gue. “Gue pingin kita ke Villa lo aja vid, biar bisa tidur bareng2. Udah malem juga khan vid.”kata Cinta. Mumpung Villa gue di puncak lagi ga dipake keluarga, kita langsung menuju Villa. Selama di perjalanan mereka berdua cuman coli-in PENIS gue aja, mereka belom pada berani sepongin PENIS gue.
Sesudah tiba di Villa kita bertiga ga ada yg mandi atau bersih2, kita langsung tiduran di kamar nyalain AC, dan TV (mungkin karena sama2 nafsu). “Aduhhhh enaknya sama lo vid, udah baik terus lo ngertiin kita mlulu lagi sampe2 hal yg kaya beginian. Oh iya vid lo ada boxer ga dua, untuk gue sama Cinta, masa tidur pake jeans”kata Molly. Gue langsung minta pembantu villa gue ambilkan 2 boxer utk mereka. Pembantu gue ga ada yg pernah aduin orangtua gue dalam hal apapun karena gue selalu baik sama mereka. Molly dan Cinta sedang ganti celana mereka, dan gue ambil makanan yg sudah disiapin di meja makan ke dalam kamar siapa tau mereka laper. Gue buka kamar dan gue liat mereka berdua lg tidur2an sambil nonton TV. Cinta dan Molly adalah temen dekat semenjak SMP. Gue langsung ambil posisi di kasur ikutan tidur2an. Di kasur itu ada Molly dengan tanktop hitamnya dan Cinta dengan tanktop putihnya. Gue langsung buka jeans gue diatas kasur, jadi sekarang gue cuman pake kaos dan boxer. “Sekarang giliran siapa? gue atau lo?” kata gue sambil cium2in tangannya Molly. “Ahhh udah gausah giliran2 lagi dong vid. Sayang2 gue sama Cinta aja”kata Molly. Tangan Cinta tiba2 udah ada di selangkangan gue, gue langsung ngeliat Cinta dan ciuman, Cinta ngebales ciuman gue dengan ganas. Kita bertiga ciuman bergantian cukup lama, sewaktu ciuman dengan Cinta ternyata mulut Molly sudah memasukan sebagian PENIS gue. Rasanya ga bisa dijelaskan gan, bener2 nikmat!!! “Vid mau ga cium ketek gue? bisik Cinta, perasaan gue emang agak aneh setelah denger omongan Cinta itu. Tapi karena itu gue tau kalau Cinta bakal suka banget kalau gue ciumin keteknya. Cinta langsung angkat kedua tangannya, disitu gue bisa liat muka Cinta yang sangat cantik dan ketek nya yg mulus. Ciuman pertama sangat kaget karena gue belom pernah cium ketek cewe, tapi gue ga bisa berenti ciumin keteknya Cinta karena ternyata kalau ketek nya enak banget. Baunya wangi dicampur bau2 keringet dia hehe. Sesudah lama menciumi keteknya Cinta pun terlihat makin nafsu dan mulai membuka kaos gue. Molly masih asik sepongin PENIS gue. Cinta tiba2 membuka boxer nya dan menyuruh gue tiduran. Langsung saja muka gue ditimpa memek nya Cinta yg ditumbuhi sedikit jembut yg sudah mulai basah. “AHHHHH!! AHHHH!!! SEDOT DONG VIDDD….” terikan Cinta yg membuat gue makin nafsu menjilati klitoris nya dan memasukan lidah gue ke dalem liang vagina nya. “Vid kapan keluar nya sihh? gue khan mau rasain peju lo! ayoo dong keluarin vid” kata Molly yg masih sepongin gue. Sekitar 10 menit disepongin tiba2 orgasme pertama gue keluar di mulut Molly crotttt “AHH MOLLL!!! Enak bangetttt”kata gue dengan tergesa2, “mau lagiiii vidd!!” kata Molly yg sudah meminum semua peju gue. Cinta pun langsung cabut memeknya dari mulut gue, dia langsung gantian sepongin gue “Vid, bau peju lo bikin tambah gue nafsu”kata Cinta. Karena sudah cukup puas sepongin gue, Molly gantian lepas boxer nya dan tanktop nya, kali ini Molly langsung tutupin muka gue dengan Toket nya. Pentil nya yg sudah mulai keras itu masuk ke dalem mulut gue, LANGSUNG SAJAAAA!! sedottt gann. “Ahhhhh, vid enak banget”kata Molly. Walaupun sedang asik menyedot tete nya Molly, tangan gue pun ga tinggal diem, gue langsung fingerin Molly. Memek Molly tidak ada jembut sama sekali, tangan gue basah semua karena cairan vaginanya. Cinta sedang asik menyepongin PENIS gue, “Vid mau dong peju looo!!!” kata Cinta. Suasana disitu mungkin agak ribet karena harus ngeladenin 2 orang, tapi mereka berdua udah muasin gue banget, jadi gue gamau kalah. Tiba2 Molly teriak “AHHHHHHHH!!!!!!!!!!” ternyata Molly sedang merasakan orgasme pertamanya akibat keahlian dari jari gue. Dengan cepat gue suruh Molly duduk diatas gue, gue gamau satu tetes pun kebuang, semua cairan yg membasahi memek Molly gue habisin sampe kering. Crot Crot….. Sudah kedua kalinya gue keluarin peju gue di mulut temen cantik gue. “Vidddd, mau lagiiii enak bangettt!!!” kata cinta yg menelan habis peju gue. Sesudah puas menjilati cairan memek nya Molly, Molly dan Cinta berebut untuk menentukan siapa yg pertama kali ngewe dengan gue. Akhirnya Molly yg memenangkan pertandingan itu. Molly langsung memasukan memek perawannya itu ke dalem kontol gue, “AHHHH!!! SAKITTT AHHH!!!! HMMMMP”teriak Molly karena kasakitan, satelah beberapa kali coba akhirnya memeknya pun masukkk ke dalem PENIS gue. Kontol gue berasa basah, anget, dan dipijit oleh memeknya. Karena gue sedang asik dengan Molly, Cinta pun menempelkan tete nya ke muka gue. “plak plak plak!!” bunyi genjotan gue di memeknya membuat suasana kamar berisik. “UDAH MAU KELUAR VIDDDD, ahhhhhh” kata Molly yg baru saja sekitar 10menit mendapat orgasme kedua nya. “Sini Mol, keluarin ke muka gue aja”kata gue yg gamau kehilangan cairan memek molly. “Vidddd, masukin lidah lo ke dalem dongggg”kata molly. Sesudah membersihkan cairan Molly, gue liat Cinta sudah siap2 nungging dan minta dimasukan PENIS gue. Pantatnya terlihat montok, gue ga sabar pingin cepet2 masukin, “ADUHHHH!!!!!! ENAKKNYAAA. MASUKIN YANG DALEM VIDD”teriak Cinta. Memeknya jg masih perawan jadi cukup lama menembus lapisan memeknya. Sesudah masuk semua, gue dan Cinta menikmati itu cukup lama ditambah melihat Molly yg sedang asik tiduran dan mengelus2 memeknya sendiri. Permainan gue sama Cinta cukup lama, “CIN, GUE UDAH GATAHAN MAU KELUARRR!!!!”, “GUE JUGA UDAH MAU KELUAR VIDDD!! AHHHHH!” akhirnya gue langsung angkat Cinta dan menempelkan memeknya ke muka guee! Sehabis menjilati cairannya, gue langsung berdiri dan coli mengarahkan PENIS gue ke dalem mulut Molly dan Cinta yg sedang berlutut menunggu peju gue. “AHHHHH!!! ENAK BANGETTTT CINTA MOLLYY. Gue sayang lo berdua” kata gue. Penis gue masih dijilati bergantian oleh mereka berdua. Akhirnya adegan hari itu selesai dan kita tidur bersama2 malem itu.

Sesudah kejadian itu zaman2 kuliah gue semakin berwarna. Gue sering ngentot sama mereka di mana aja, dan kapan aja. Kadang kalau lagi sibuk sekolah kt cuma ngelakuin oral di mobil. Hampir setiap hari peju gue abis diminum mereka berdua. Indahnya kuliah bareng Cinta dan Molly. Sampai sekarang kita jadi teman baik, dan tidak ada satu temen pun yg tau tentang kita bertiga hehehe
READ MORE - Cerita Pengalaman Sex Bercinta dengan Kedua Teman Cantikku

5/24/2011

Pengalaman Ngentot Anak Perawan SMP

Tiba- tiba Kring.. Kring.. HP-ku berbunyi. Siang itu aku berada di kantor sedang membaca surat-surat dan dokumen yang barusan dibawa sekretarisku LIA, untuk aku tanda tangani. Kulihat di layar handphone ku tampak sebuah nomor telepon yang sudah kukenal.
“Hello.. Dita.. Apa kabar” sapaku.
“Hi.. Pak Robert.. Kok udah lama nih nggak kontak Dita”
“Iya habis sibuk sih” jawabku sambil terus menandatangani surat-surat di mejaku.
“Ini Pak Robert.. Ada barang bagus nih..” terdengar suara Dita di seberang sana.
Dita ini memang kadang-kadang aku hubungi untuk menyediakan wanita untuk aku suguhkan pada tamu atau klienku. Memang terkadang untuk menggolkan proposal, perlu adanya servis semacam itu. Terkadang lebih ampuh daripada memberikan uang di bawah meja.
“Bagusnya gimana Dit?” tanyaku penasaran.
“Masih anak-anak Pak.. Baru 15 tahun. Kelas 3 SMP. Masih perawan, bener-bener gadis virgin”
Mendengar hal itu langsung senjataku berontak di sarangnya. Memang sering aku kencan dengan wanita cantik, ABG atupun istri orang. Tetapi jarang-jarang aku mendapatkan yang masih perawan seperti ini.
“Cantik nggak?” tanyaku
“Cantik dong Pak.. Tampangnya innocent banget. Bapak pasti suka deh..” rayu Mami Dita ini.
Setelah itu aku tanya lebih lanjut latar belakang gadis itu. Namanya Tari, anak keluarga ekonomi lemah yang perlu biaya untuk melanjutkan sekolahnya. Orang tuanya tidak mampu menyekolahkannya lagi sehabis SMP nanti, sehingga setelah dibujuk Dita, dia mau melakukan hal ini.
“Minta berapa Dit? ” tanyaku
“Murah kok Pak.. cuma lima juta”
Wah.. Pikirku. Murah sekali.. Aku pernah dengar ada orang yang beli keperawanan sampai puluhan juta. Singkat kata, akupun setuju dengan tawaran Dita. Aku berjanji untuk menelponnya lagi setelah aku sampai di lokasi nanti.
“Lia.. Ke sini sebentar” kutelpon sekretarisku yang sexy itu. Tak lama Lia pun masuk ke ruanganku. Sambil tersenyum manis dia pun duduk di kursi di hadapanku.
“Ada apa Pak Robert?” tanyanya sambil menyilangkan kakinya memamerkan pahanya yang putih.
Belahan buah dadanya tampak ranum terlihat dari balik blousenya yang agak tipis. Ingin rasanya aku nikmati dia saat itu juga, tetapi aku lebih ingin menikmati perawan yang ditawarkan Dita. Toh masih ada hari esok untuk Lia, pikirku.
“Saya perlu uang lima juta untuk entertain klien. Tolong minta ke bagian keuangan ya” kataku.
“Baik Pak” jawabnya.
“Ada lagi yang bisa saya bantu Pak Robert..?” Lia berkata genit sambil menatapku menggoda.
“Nggak.. Mungkin lain kali Lia.. Saya sibuk banget nih” kataku pura-pura.
Aku tak ingin staminaku habis sebelum bertempur dengan Tari, anak SMP itu. Liapun beranjak pergi dengan raut muka kecewa, dan tak lama dia kembali membawa uang yang aku minta beserta slip tanda terima untuk aku tandatangani.
“Nanti kalau perlu lagi, panggil Lia ya Pak” katanya masih mengharap.
“Baik Lia.. Saya pergi dulu sekarang. Jangan telepon saya kecuali ada emergency ya” jawabku sambil mengemasi laptopku.
Tak lama akupun sudah meluncur dengan Mercy kesayanganku menuju hotel di kawasan Semanggi. Akupun cek in di hotel yang berdekatan dengan plaza yang baru dibangun di daerah itu. Setelah mendapatkan kunci akupun bergegas menuju kamar suite di hotel itu.
Setiba di kamar, kutelpon Dita untuk memberitahukan lokasiku. Dia berjanji untuk datang sekitar satu jam lagi. Sambil menunggu kunyalakan TV dan menonton siaran CNN di ruang tamu kamarku. Sedang asyik-asyiknya melihat berita perang di Irak tiba-tiba HP-ku berbunyi.
“Sialan Lia. Aku khan sudah bilang jangan telepon.” pikirku sambil mengangkat telepon tanpa melihat caller ID-nya.
“Halo. Pak Robert.. Ini Santi” kata suara di seberang sana. Santi ini adalah istri dari Pak Arief, manajer keuangan di kantorku.
“Oh Santi.. Aku pikir sekretarisku. Ada apa San?”
“Nggak Pak Robert.. Cuma kangen aja. Pengin ketemu lagi nih Pak.. Aku pengin ulangi kejadian yang di pesta dulu itu. Bisa ketemuan nggak Pak hari ini?”
“Wah.. Kalau hari ini nggak bisa San.. Aku sedang di tempat klien nih” jawabku mengelak.
“Khan minggu depan suamimu sudah pergi.. Jadi kita bisa puas deh nanti seharian” lanjutku.
“Habis Santi udah kangen banget Pak..” rengeknya.
“Sabar ya sayang.. Tinggal beberapa hari lagi kok” hiburku.
“OK deh.. Sorry kalau mengganggu ya Pak” katanya menyudahi pembicaraan.
Wah, ternyata dia sudah tak sabar kepengin aku kencani, pikirku. Mungkin baru pertama dia bertemu dengan laki-laki jantan sepertiku di pesta perkawinan dulu. Kemudian aku telepon Lia untuk menanyakan kepastian kepergian Pak Arief ke Singapore, yang dijawab bahwa semuanya sudah confirm dan Pak Arief akan berangkat tiga hari lagi.
Setelah satu jam setengah aku menunggu, terdengar bunyi bel kamarku. Kubuka pintu kamarku dan tampak Dita bersama seorang gadis belia, Tari.
“Maaf Pak Robert. Tadi Tari baru pulang dari latihan pramuka di sekolahnya” alasan Dita. Mungkin tampak di wajahku kalau aku kesal menunggu mereka.
“OK nggak apa.. Ayo masuk” kataku sambil memperhatikan Tari.
Hari itu dia mengenakan tanktop yang memperlihatkan bahunya yang putih mulus. Juga rok mini jeans yang dikenakan menambah cantik penampilannya. Tubuhnya termasuk bongsor untuk anak seusia dirinya. Dari balik tanktopnya tersembul buah dadanya yang baru tumbuh. Yang membuat aku kagum adalah wajahnya yang cantik dan terkesan innocent.
“Tari.. Ini Oom Robert” kata Dita memperkenalkanku padanya.
Kuulurkan tanganku dan disambutnya sambil berkata lirih, “Tari..”
Kemudian kami bertiga duduk di sofa, dengan Tari duduk disamping sedangkan Dita berhadapan denganku. Kurengkuh pundak Tari dengan tangan kiriku, sambil kuelus-elus sayang.
“Gimana Pak.. OK khan” Dita bertanya
“OK.. Kamu jemput lagi aja nanti” jawabku sambil mengelus dan meremas lengan Tari yang mulus itu gemas. Setelah itu Dita pamitan, tentu saja setelah menerima pembayarannya.
“Kamu lapar nggak Tari? Kita pesan makanan dulu yuk” saranku.
Dia hanya menganggukkan kepalanya. Sekarang memang sudah waktunya makan malam, dan aku tak mau staminaku tidak prima hanya karena perutku yang lapar. Apalagi ternyata gadis yang dibawa Dita ini cantik sekali.
“Pesan apa?” tanyaku sambil memberikan room service menu padanya.
“Nasi goreng aja Oom”
“Minumnya?”
“Minta susu boleh Oom?” jawabnya.
Langsung aja aku pesan beefsteak dan bir untukku, dan nasi goreng serta susu untuk Tari. Sambil menunggu pesanan datang, kamipun menonton TV.
“Channelnya Tari ganti ya Oom” katanya sambil mengambil remote.
“Oh ya.. Oom juga bosen lihat perang terus” jawabku sambil mengagumi keindahan Tari.
Setelah dia duduk, kuelus-elus rambutnya yang berpita dan panjangnya sebahu itu. Tari kemudian mengubah channel TV ke channel Disney. Rupanya dia suka menonton film kartun. Maklum masih anak-anak, pikirku.
“Kamu sudah punya pacar?” tanyaku setelah kami terdiam beberapa saat.
“Belum Oom..”
“Kenapa?” tanyaku lagi
“Tari khan masih kecil..” katanya sambil terus menatap adegan kartun di TV.
Aku pun makin bernafsu mendengar jawabannya. Yah.. Akulah nantinya yang akan menikmatimu untuk pertama kalinya he.. He.. Kuciumi pipinya sambil kuelus-elus pahanya. Tari nampak tak terbiasa dan bergerak agak menghindar. Pahanya yang putih mulus makin tersibak menampakkan pemandangan yang indah. Tanganku kemudian meraba dadanya yang baru tumbuh itu. Kemudian kupegang wajahnya dan kucium bibirnya. Tampak sekali bahwa dia belum berpengalaman dalam hal seperti ini. Tanganku sudah ingin melucuti tanktopnya ketika tiba-tiba bel kamarku berbunyi.
“Room Service” terdengar suara di depan kamarku.
Akupun berdiri meninggalkan Tari untuk membuka pintu. Tampak ada perasaan lega di raut wajah Tari ketika aku beranjak pergi.
“Ada pesanan lagi Pak?” tanya petugas room service setelah meletakkan makanan di meja.
“Nggak” jawabku
“Mungkin buat anaknya?” tanyanya lagi
“Mungkin nanti menyusul” kataku sambil menandatangani bill yang diserahkannya.
Aku geli juga mendengar si petugas menyangka Tari adalah anakku. Memang pantas sih dilihat dari perbedaan umur kami.
Kamipun lalu menyantap makanan kami. Tari menikmati nasi goreng dan segelas susunya sambil terus menonton kartun kesayangannya.
“Mau buah Tari?” kataku sambil mengambil buah-buahan dari minibar.
“Nggak Oom.. Udah kenyang. Dibungkus aja boleh ya Oom.. Untuk adik di rumah” katanya.
Hm.. Benar-benar manis ini anak, pikirku. Dalam hati aku kasihan juga pada dia, tapi aku tak dapat menahan nafsu birahiku untuk menikmati tubuhnya yang muda itu.
Aku makan satu buah apel dan kuberikan sisanya padanya. Diterimanya buah-buahan itu dan kemudian dimasukkan dalam tasnya. Akupun kembali duduk disampingnya dan kemudian kuambil remote dan kumatikan TVnya.
“Ayo sayang kita mulai ya..” kataku sambil menciumi pundaknya yang terbuka.
Aku kemudian beralih menciumi bibirnya sambil tanganku meremas-remas dadanya. Tak ada response darinya. Ketika tangannya yang mungil aku letakkan di atas kemaluanku, dia diam saja.
“Kok diam saja sih!!” Bentakku.
“Oom.. Tari nggak pernah Oom.. Belum ngerti” jawabnya lirih ketakutan.
“Ya sudah sini kamu..” kataku sambil beranjak ke meja dimana laptopku berada. Tari mengikutiku dari belakang. Langsung kusetel film BF yang aku simpan di dalam harddiskku.
“Ayo sini duduk Oom pangku” kataku.
Taripun duduk di atas pangkuanku sambil melihat adegan persetubuhan dimana seorang wanita bule cantik sedang dengan rakusnya mengulum kemaluan orang berkulit hitam.
Mata Tari tampak takjub melihat adegan yang pasti baru pertama kalinya dia lihat itu. Sementara aku menciumi dan menjilati pundak dan lehernya yang jenjang dari belakang. Tangankupun telah masuk ke dalam tanktopnya dan meremas-remas buah dadanya yang masih tertutup BH itu. Kutarik ke atas cup BHnya sehingga tangankupun leluasa menjelajahi dan meremas buah dadanya yang mulai tumbuh itu. Kupilin perlahan puting dadanya yang mulai mengeras.
“Oom.. Jangan Oom.. Tari malu” katanya sambil menatap adegan di laptopku dimana si wanita bule sedang mengerang-erang nikmat disetubuhi dari belakang.
“Nggak usah malu sayang” jawabku sambil agak memutar tubuhnya sehingga aku leluasa menikmati dadanya.
Kulumat buah dada yang baru tumbuh itu dan kujilat lalu kuisap putingnya yang kecil berwarna merah muda itu. Sementara tanganku yang satu telah merambah paha sampai mengenai celana dalamnya.
“Pelan-pelan Oom.. Sakit” desahnya ketika tanganku mengusap-usap kemaluannya setelah celana dalamnya aku sibak. Mulutku masih sibuk mencari kepuasan dari buah dada anak belia ini.
“Kamu cantik sekali Tari.. Ohh yeah..” kataku meracau sambil mengulum dan menjilati buah dadanya.
Tanganku mengelus-elus pundaknya yang jernih, sedangkan yang satunya sedang merambah kemaluan anak perawan ini. Kemaluanku tampak memberontak di dalam celanaku, bahkan sudah mengeluarkan cairannya karena sudah sangat terangsang.
Kuturunkan Tari dari pangkuanku, dan akupun berdiri didepannya. Kuciumi bibirnya dengan ganas sambil tanganku meremas-remas rambutnya.
“Emmhh.. Emmhh..” hanya itu yang terdengar dari mulut Tari.
Kumasukkan lidahku dan kujelajahi rongga mulutnya. Sementara kuraih tangan Tari dan kuletakkan ke kemaluanku yang sudah sangat membengkak. Tetapi lagi-lagi dia hanya diam saja. Memang dasar anak-anak, belum tahu cara memuaskan lelaki, pikirku. Dengan agak kesal kutekan pundaknya sehingga dia berlutut di depanku. Dia agak berontak akan bangun lagi.
“Ayo.. Berlutut!!” kataku sambil menarik rambutnya.
Tampak air mata Tari berlinang di sudut matanya. Dengan cepat aku lepas celana dan celana dalamku, sehingga kemaluanku berdiri dengan gagah di depannya.
“Ayo isap!!” perintahku pada Tari yang tampak ketakutan melihat kemaluanku yang sebesar lengannya itu. Kugenggamkan tangannya pada kemaluanku itu.
“Ampun oomm.. Jangan Oom.. Besar sekali.. Nggak muat Oom” katanya mengiba-iba. Terasa tangannya bergetar memegang kemaluanku.
“Ayo!!” bentakku sambil menarik rambutnya sehingga kemaluankupun menyentuh wajahnya yang imut dan innocent itu.
Tampak Tari sambil menahan tangisnya membuka mulutnya dan akupun sambil berkacak pinggang menyorongkan kemaluanku padanya.
“Aahh.. Yes.. Make Daddy happy..” desahku ketika kemaluanku mulai memasuki mulutnya yang mungil. Akupun mengelus-elus rambutnya yang berpita itu dengan penuh kasih sayang ketika Tari mulai menghisapi kemaluanku.
“Ayo jilati batangnya.. Sayang” kataku sambil mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya. Taripun mulai menjilati batang kemaluanku dengan perlahan.
“Ayo isap lagi” instruksiku lagi sambil tanganku mengangkat dagunya dan menyorongkan kemaluanku padanya.
Taripun mulai lagi mengulum kemaluanku, walaupun hanya ujungnya saja yang masuk ke dalam mulutnya. Kutekan kemaluanku ke dalam mulutnya sehingga hampir separuhnya masuk kedalam mulutnya. Tampak dia tersedak ketika kemaluanku mengenai kerongkongannya. Dikeluarkannya kemaluanku untuk mengambil nafas, sementara aku tertawa geli melihatnya.
“Sudah. Oom.. Jangan lagi Oom” Tari memohon. Air matanya tampak menetes di pipinya
“Oom belum puas. Ayo lagi!!” bentakku sambil menjambak rambutnya, sehingga wajahnya terdongak ke atas menatapku.
Taripun terisak menangis, tetapi kemudian dia kembali menjilati dan mengulum kemaluanku. Pemandangan di kamar hotel itu sangatlah indah menurutku. Seorang laki-laki dewasa dengan tubuh tinggi besar sedang berkacak pinggang, sementara seorang anak di bawah umur dengan wajah tanpa dosa sedang mengulum kemaluannya.
Mungkin sekitar 15 sampai 20 menit aku ajari anak perawan itu cara untuk memberikan kepuasan oral pada lelaki. Setelah itu aku merasakan kemaluanku akan meledakkan cairan ejakulasinya.
“Buka mulutmu!!” perintahku pada Tari sambil mengeluarkan kemaluanku dari kulumannya.
Kemudian kukocok-kocok kemaluanku sebentar, dan kemudian muncratlah cairan spermaku ke dalam mulutnya dan sebagian mengenai wajahnya.
“Oh.. Yeahh.. Nikmat.. Kamu hebat Tari..” erangku saat orgasme.
“Ayo telan!!” perintahku lagi ketika melihat dia akan memuntahkan spermaku keluar.
Tampak dia berusaha menelan spermaku, walaupun karena jumlahnya yang banyak, sebagian meleleh keluar dari mulutnya. Diambilnya tisu dan dibersihkannya wajahnya sambil membetulkan pakaiannya sehingga rapi kembali. Dia pun kemudian mengambil dan meminum habis sisa susunya. Sementara aku pergi ke toilet untuk buang air kecil.
Sekembalinya aku dari toilet, tampak Tari sedang duduk gelisah di sofa. Pandangan matanya tampak kosong dan berubah menjadi takut ketika melihat aku menghampirinya. Aku tersenyum dan duduk disampingnya. Kembali kuelus-elus pundak dan tangannya.
“Omm.. Tari pengin pulang Oom.. Tari capek..” katanya.
“Yach kamu istirahat dulu aja sayang” jawabku sambil mencium pipinya.
Kamipun duduk terdiam. Kusetel kembali TV yang masih menayangkan acara kartun kesukaannya itu. Kuusap-usap tubuhnya yang duduk di sampingku sambil sesekali kuciumi. Aku menunggu hingga kejantananku bangkit kembali.
Aku beranjak ke meja dimana laptopku masih menayangkan adegan syur semenjak tadi. Di layar sekarang seorang pria bule sedang dihisap kemaluannya oleh dua wanita cantik. Yang satu bule juga, sedangkan yang lain wanita Asia, kalau tidak salah Asia Carrera namanya. Memang film produksi Vivid ini bagus sehingga aku menyimpannya di harddiskku. Melihat adegan demi adegan di layar, kejantananku pun perlahan bangkit kembali. Kudatangi sofa dimana Tari berada. Tari tampak gelisah ketika aku berlutut di depannya.
“Aku ingin menikmati memekmu sayang” kataku sambil menyibakkan rok mininya. Kuciumi pahanya dan kujilati sampai mengenai celana dalamnya. Kemudian kulepas celana dalamnya itu sehingga vaginanya yang bersih tak berbulu itu tampak mempesonaku.
“Jangan Oom.. Tolong Oom” kata Tari ketika tanganku mulai meraba kemaluannya. Karena gemas, langsung aku jilati dan isap vaginanya. Lidahku menari-nari dan kumasukkan ke dalam liangnya yang perawan itu.
“Uhh.. Ampun Oom..” erangnya ketika aku menemukan klitorisnya dan langsung kuhisap. Sementara tanganku naik ke atas meremas buah dadanya. Kupilin-pilin putingnya sehingga mulai mengeras. Sementara vaginanya pun sudah mengeluarkan lendir tanda dia telah siap untuk disetubuhi.
“Ayo kita lanjutkan di ranjang, manis..” kataku sambil merengkuh tubuhnya dan menggendongnya. Aku ciumi bibirnya sambil badannya tetap aku gendong menuju kamar tempat tidur.
Kurebahkan tubuhnya di ranjang, dan akupun mulai melucuti pakaianku. Tampak kemaluanku sudah kembali membengkak ingin diberi kenikmatan oleh anak kecil ini. Tari tampak memandangku dengan tatapan mengiba. Matanya menampakkan ketakutan melihat ukuran kemaluanku.
Langsung kuterkam tubuhnya di ranjang dan kuciumi wajahnya yang manis. Kubuka tanktopnya juga BHnya dan kulempar ke lantai. Langsung kusantap buah dadanya yang masih dalam masa pertumbuhan itu, dan kujilati dan kuisapi putingnya hingga mengeras.
Lalu kubuka rok mininya, sehingga Taripun sudah telanjang bulat pasrah di atas ranjang. Jariku kemudian menari merambah vaginanya dan mengusap-usap klitorisnya.
“Tolong jangan Oom.. Aduh.. Oom.. Jangan Oom.. Tari masih perawan Oom.” rengeknya. Aku menghentikan kegiatanku dan menatapnya
“Memangnya Bu Dita bilang apa?” tanyaku
“Katanya Tari nggak akan diperawani. Cuma dipegang dan diciumi aja” jawabnya terisak. Mendengar itu timbul perasaan iba karena ternyata dia telah dibohongi oleh Dita.
“Ya sudah..
“Kataku.
“Kamu hisap lagi aja kontol Oom seperti tadi” perintahku.
Akupun lalu tidur telentang dan Taripun kutarik hingga wajahnya berada di depan kemaluanku yang sudah berdiri tegak. Kutekan kepalanya perlahan, hingga Taripun kembali memberikan kenikmatan mulutnya pada kemaluanku. Tampak dari tatapanku, kepalanya naik turun menghisapi kemaluanku. Tangankupun mengelus-elus rambutnya penuh rasa sayang seperti rasa sayang bapak kepada anaknya.
“Ya terus.. Sayang” erangku menahan nikmat yang tiada tara.
Setelah beberapa menit, kutarik tubuhnya sehingga wajahnya tepat berada diatas wajahku. Kuciumi bibirnya sambil tanganku meremas-remas pantatnya. Kemudian kubalikkan badannya, sehingga badanku yang tinggi besar menindih tubuh belianya. Kusedot puting buah dadanya dan kugigit-gigit sehingga menimbulkan bekas memerah.
Lalu kurenggangkan pahanya, dan kuarahkan kemaluanku ke vaginanya.
“Jangan Oom.. Ampun Oom.. Jangan.. Ampun..” rengek Tari ketika kemaluanku mulai menyentuh bibir vaginanya.
Aku tambah bernafsu saja mendengar rengekannya, dan kutekan kemaluanku sehingga mulai menerobos liang vagina perawannya. Terasa sesuatu menghalangi kemaluanku, yang pasti adalah selaput daranya
“Ahh.. Sakiitt..” jeritnya menahan tangis ketika kutekan kemaluanku merobek selaput daranya.
Kutahan sebentar menikmati saat aku mengambil keperawanan anak ini, kemudian kugerakkan pantatku maju mundur menyetubuhinya.
“Ah.. Nikmat.. Ahh.. God.. Memekmu enak Tari.” racauku
“Oh.. Ampun.. Sakit.. Udah Oom.. Ampun..” Tari merintih kesakitan sambil menangis.
“Yes.. You naughty girl.. Daddy must punish you.. Yeah..” aku kembali meracau kenikmatan.
Kugenjot terus kemaluanku, dan aku merasakan nikmatnya jepitan vagina Tari yang sangat sempit itu. Tampak air mata Tari meleleh membasahi pipinya, dan ketika kugenjot kemaluanku tampak wajahnya menyeringai menahan sakit.
Kemudian kutarik pahanya sehingga melingkari pinggangku, dan sambil duduk di ranjang kugenjot lagi vaginanya. Tanganku sibuk menjelajahi buah dadanya.
Bosan dengan posisi itu, kubalikkan badannya dan kusetubuhi dia dengan gaya “doggy style”. Sudah tak terdengar lagi rengekan Tari, hanya suara erangannya dan isak tangisnya yang memenuhi ruangan itu.
“Ahh.. Sakit Oom ampun..” rengeknya kembali ketika rambutnya kutarik sehingga wajahnya terdongak ke atas.
Sambil kusetubuhi tubuhnya, kadang kuciumi dan kugigiti pundak dan lehernya dari belakang, sambil tanganku memerah buah dadanya.
Setelah kurang lebih satu jam aku setubuhi dia dengan berbagai macam posisi, akupun tak tahan untuk mengeluarkan cairan ejakulasiku. Kubalikkan badannya dan kugesek-gesekkan kemaluanku di dadanya. Kadang kugesek-gesekkan juga ke seluruh wajahnya.
“Ahh.. Memang enak perawan kamu Tari..” erangku sambil menumpahkan spermaku di dadanya.
Akupun kemudian bergegas menuju toilet untuk membersihkan diri. Kemaluanku pun kubersihkan dari sisa sperma bercampur darah perawan Tari. Sekembalinya aku dari toilet, kulihat Tari masih terbaring di ranjang sambil menangis terisak-isak. Kubiarkan saja dia di sana, karena aku sudah merasa puas dan merasa menjadi lebih muda setelah mereguk kenikmatan dari anak itu.
Kuminum sisa birku, dan kutelepon Dita untuk menjemput Tari. Tak lama, Dita pun datang.
“Gimana Pak Robert?” tanyanya tersenyum.
“Wah.. Puas.. Tuh anak enak banget” kataku tertawa kecil.
“Syukurlah Pak Robert puas. Sengaja saya pilihin yang bagus kok Pak” katanya lagi.
“Percaya deh sama Dita. Tuh anaknya masih di kamar”
Dita pun masuk ke kamar tidur sedangkan aku nonton TV di sofa. Lagi-lagi masih berita perang di CNN. Sementara itu, terdengar Tari menangis di kamar sedangkan Dita berusaha menghiburnya. Setelah kurang lebih setengah jam, merekapun muncul dari dalam kamar tidur.
“Saya permisi dulu Pak Robert” pamit Dita.
“Oh ya Dit.., kalau ada yang bagus lagi telepon ya. Untuk obat awet muda.” jawabku sambil mengedipkan mataku.
“Beres Pak” jawabnya sambil menggandeng Tari keluar.
“Ini tasnya ketinggalan” kataku sambil menyerahkan tas Tari yang berisi buah-buahan untuk adiknya itu. Kuperhatikan mata Tari masih sembab, dan jalannya pun agak pincang ketika meninggalkan kamar hotelku.
Tak lama akupun cek out dari hotel. Dalam perjalanan pulang ke apartemenku, aku mampir di panti pijat langgananku. Tubuhku agak pegal sehabis menyetubuhi Tari tadi. Setelah dipijat, dan mandi air hangat, tubuhku terasa sangat segar. Akupun bergegas pulang dengan mengendarai Mercy silver metalik kesayanganku. Tak lupa kusetel lagu Al Jarreau kesayanganku.
READ MORE - Pengalaman Ngentot Anak Perawan SMP

Cerita Pengalaman Seks Gadis SPG Sexy

Cerita tentang seks kali ini mengisahkan sisi laen tentang kehidupan seorang SPG. Wajah gadis SPG yang cantik dan seksi seringkali memunculkan image sebagai wanita penggoda, sehingga tak jarang para SPG jadi sasaran nakal para laki2 hidung belang. Dari realitas tersebut sehingga banyak bermunculanlah cerita seks atau cerita dewasa tentang SPG yang beredar di internet, seperti cerita tentang seks SPG berikut ini…

Karena banyak kerjaan yang menumpuk, pada hari itu aku harus berangkat ke kantor pagi-pagi sekali. Apesnya, ditengah jalan tiba-tiba hujan turun dengan deras sekali. Agar tidak basah kuyup, akhirnya aku berteduh di sebuah warung terdekat.

“Wah.. wah.. sialan, kok malah hujan.. numpang teduh ya Bu,” entah sial apa pagi itu, hujan mendadak turun tanpa mendung, aku pun terpaksa menghentikan laju sepeda motorku dan segera berteduh disebuah warung pinggir jalan.
“Ndak apa Dik, memang hujannya deras, kalau diteruskan nanti basah semua bajunya,” jawab pemilik warung, ibu berusia baya seumur ibuku.

“Saya pesan kopi susunya Bu, jangan banyak-banyak gulanya ya,” pintaku setelah mengambil duduk dalam warung itu. Sambil menunggu pesananku, kuamati pemandangan sekeliling warung itu.

Warung tempat kuberteduh terlihat sangat rapi dan bersih, walaupun ukurannya kecil. Sungguh, aku baru kali itu singgah disana, meskipun sehari-hari kerab melintasi jalan di depannya. Pagi itu, ada tiga orang yang turut berteduh sambil sarapan, kelihatannya mereka itu sopir dan kenek angkot yang pangkalannya tak seberapa jauh dari warung itu.

Belum lagi kopi susu yang kupesan tiba dihadapanku, kulihat dua wanita muda masuk ke warung.
“Uhh, gila hujannya ya Fin.., untung sudah sampai sini,” kata yang berbadan agak gemuk pada temanya yang lebih langsing. Dari penampilan mereka aku bisa menebak kalau mereka adalah sales promotion girl (SPG), dibelakang baju kaos yang mereka pakai ada sablonan bertulis Susu Siip (sengaja disamarkan), produk susu baru buatan lokal. Keduanya langsung duduk dibangku panjang tepat di depanku.

“Ini Dik kopi susunya, apa nggak sekalian pesan sarapan Dik?” ibu pemilik warung membawakan pesananku.
“Makasih Bu, ini saja cukup. Saya sudah sarapan kok,” jawabku, Ibu itu pun berlalu, setelah sempat menawarkan menu pada dua wanita muda dihadapanku.

“Hm maaf Mas, apa tidak mau coba susu kami?” sebuah suara wanita mengejutkan aku. Hampir saja aku tersedak kopi yang sedang kuseruput dari cangkirnya, sebagian kopi malah tumpah mengotori lengan bajuku.

“Duh maaf, kaget ya Mas. Tuh jadi kotor bajunya,” wanita yang agak gemuk menyodorkan tisue kepadaku.
“Ohh, nggak apa Mbak, makasih ya,” kuterima tisue pemberiannya dan membersihkan lengan bajuku.
“Maaf, susu apa maksud Mbak?” aku bertanya.
“Hik.. Hik.. Mas ini rupanya kaget dengar susu kita Fin,” canda sigemuk, si langsing tersenyum saja.
“Ini loh Mas, susu siip. Susu baru buatan lokal tapi oke punya. Harganya murah kok, masih promosi Mas, ada hadiahnya kalau beli banyak,” si langsing menjelaskan, ia juga menerangkan harga dan hadiahnya.

Sebenarnya aku ingin lebih lama diwarung itu supaya bisa lebih lama bersama dua wanita SPG susu itu, tapi nampaknya hujan sudah mulai berhenti dan aku harus melanjutkan perjalanan karena waktunya sudah mepet & Pekerjaan dikantor masih menunggu tuk diselesaikan.

“Saya tertarik Mbak, tapi kayaknya saya harus lanjutkan perjalanan nih, tuh hujannya sudah berhenti. Emm, gimana kalau saya kasih alamat saya, ini kartu nama saya dan kalau boleh Mbak berdua tulis namanya disini ya,” kusodorkan selembar kartu namaku sekaligus meminta mereka menulis namanya dibuku saku yang kubawa.

“Oh Mas Andy toh namanya. Pulang kerjanya jam berapa Mas biar bisa ketemu nanti kalau kami kerumahnya,” si gemuk yang ternyata bernama Lina bertanya sambil senyum-senyum padaku.
“Jam empat sore juga saya sudah dirumah kok. Mbak Lina dan Mbak Wati boleh kesana sekitar jam itu, saya tunggu ya,” jawabku. Wati yang langsing juga tersenyum.

Aku kemudian membayar kopi susu pesananku dan meninggalkan warung, untuk segera menuju ke kantor. Jam 3 sore aku sudah menyelesaikan laporanku yang menumpuk, dan aku langsung pulang kekontrakanku. Oh ya umurku saat itu sudah menginjak 28 tahun, aku coba mandiri merantau dikota kembang ini. Kuputar lagu-lagu melankolisnya Katon Bagaskara di VCD Player sambil kunikmati berbaring dikasur kamarku. Foto Lusi kupandangi, pacarku itu sudah tiga minggu ini pindah ke Jakarta, bersama pindah tugas bapaknya yang tentara. Kayaknya sulit melanjutkan tali kasih kami, apalagi jarak kami sekarang jauh. Dan sepertinya ini takdirku, berkali-kali gagal kawin gara-gara terpisah tiba-tiba, jadi jomblo sampai umur segitu.

Membayangkan kenangan manis bersama Lusi, aku akhirnya lelap tertidur ditemani tembang manis Katon. Sampai akhirnya gedoran pintu kontrakan membangunkanku. Astaga sudah jam setengah 5 sore, aku segera membukakan pintu utama kontrakanku untuk melihat siapa yang datang.
“Sore Mas Andy, duh baru bangun ya? Maaf ya mengganggu lagi,” ternyata yang datang Lina dan Wati, SPG Susu yang kujumpai pagi tadi.

“Oh Mbak Lina dan Mbak Wati.., saya pikir nggak jadi datang. Silahkan masuk yuk, saya basuh muka sebentar ya,” kupersilahkan mereka masuk dan aku kekamar mandi membasuh mukaku.

Sore itu Lina dan Wati tidak lagi menggunakan seragam SPG, mereka pakai casual. Lina walau agak gendut jadi terlihat seksi mengenakan jeans ketat dipadu kaos merah ketat pula, sedangkan Wati yang langsing semakin asyik pakai rok span mini dipadu kaos kuning ketat.

Rumah kontrakanku type 36, jadi hanya ada ruang tamu dan kamar tidur yang ukurannya kecil, selebihnya dapur dan kamar mandi juga sangat mini dibagian belakang. Setelah basuh muka, aku menemani mereka duduk di ruang tamu.
“Wah ternyata Mas Andy ini Kerja di Farmasi ya, boleh dong kapan-kapan kita di jelasin masalah obat Mas?” Lina buka bicara saat aku duduk bersama mereka.

“Tentu boleh, kapan Mbak mau datang aja kesini,” jawabku.
Selanjutnya kami kembali bicara masalah produk susu yang mereka pasarkan. Bergantian bicara, Lina dan Wati menjelaskan kalau susu yang mereka jual ada beberapa macam dengan kegunaan yang beragam. Ada susu untuk ibu hamil, ibu menyusui, anak-anak usia sekolah, balita, bayi, orangtua, pertumbuhan remaja, sampai susu greng untuk menambah vitalitas pria. Nah, untuk susu penambah vitalitas pria itu, bicara mereka sudah berani agak porno dan mesum, membuat aku blingsatan mendengarnya.

“Hmm, boleh-boleh.. Saya ambil susu grengnya dua mbak, nanti kalau bagus saya tambah lagi lain kali,” aku memotong bicara mereka yang semakin ngawur.
“Nah gitu dong Mas, biar istri Mas senang kalau suaminya greng,” Wati kembali bercanda.
“Duh.. Mbak, saya belum kawin nih. Maksud saya susu greng itu saya pakai buat kerja, supaya tetap fit kalau kerja,” kataku. Jawabanku itu membuat mereka saling pandang, lalu keduanya tertawa sendiri.

“Wah kita kira Mas sudah punya istri, ternyata masih bujang. Kok ganteng-ganteng belum laku sih?” Lina menggoda.Suasana terasa langsung akrab bersama dua SPG susu itu. Mereka pun menceritakan latar belakang mereka tanpa malu kepadaku. Lina, wanita berumur 26 tahun, dulunya karyawati sebuah bank, lalu berhenti karena dinikahi rekan sekerjanya. Tapi kini dia janda tanpa anak sejak suaminya sakit dan meninggal, tiga tahun lalu. Sedangkan Wati, bernasib sama. Wanita 24 tahun itu, pernah menikah dengan lelaki sekampungnya, tetapi kemudian jadi janda gantung sejak suaminya jadi TKI dan tak ada kabarnya sejak 4 tahun lalu. Keduanya terpaksa menjadi SPG untuk menghidupi diri.

“Kami malu Mas, sudah kawin masih bergantung pada orangtua, makanya kami kerja begini,” kata Wati.
“Kalau Mas mau, gimana kalau saya seduhkan susu greng itu. Sekedar coba Mas, siapa tahu Mas jadi pingin beli lebih banyak?” Lina menawarkanku setelah obrolan kami semakin akrab.Belum sempat kujawab dia sudah bangkit dan menanyakan dimana letak dapur, ia pun menyeduhkan secangkir susu greng buatku. Susu buatan Lina itu kucicipi, lalu kuteguk habis, kemudian kembali ngobrol dengan mereka. Saat itu jam menunjuk angka tujuh malam. Lima belas menit setelah meneguk susu buatan Lina, aku merasakan dadaku bergemuruh dan panas sekujur tubuh, agak pusing juga.

“Ohh.. Kok saya pusing jadinya Mbak? Kenapa ya? Ahh..,” aku meremasi rambutku sambil bersandar di kursi bambu.
“Agak pusing ya Mas, itu memang reaksinya kalau pertama minum Mas. Mana coba saya pijitin lehernya,” Wati pindah duduk kesampingku sambil memijiti tengkuk leherku, agak enakan rasanya setelah jemari lentik Wati memijatiku.
“Nah, biar lebih cepat sembuh saya juga bantu pijit ya,” Lina pun bangkit dan duduk disampingku, posisiku jadi berada ditengah keduanya. Tapi, astaga, Lina bukannya memijit leherku malah menjamah celana depanku dan memijiti penisku yang mendadak tegang dibalik celana.

“Ahh Mbaak.., mmfphh.. Ehmm,” belum selesai kalimat dari bibirku, bibir Wati segera menyumpal dan melumat bibirku. Gila pikirku, aku hendak menahan aksi mereka tapi aku pun terlanjur menikmati, apalagi reaksi susu sip yang kuteguk memang mujarab, birahiku langsung naik. Akhirnya kubalas kuluman bibir Wati, kusedot bibir tipisnya yang mirip Enno Lerian itu.
“Waduh.., gede juga Andy juniornya Mas,” ucapan Lina kudengar tanpa melihatnya karena wajah Wati yang berpagutan denganku menutupi. Tapi aku tahu kalau saat itu Lina sudah membuka resleting celanaku dan mengeluarkan penisku yang tegang dari celana. Sesaat setelah itu, kurasakan benda kenyal dan basah melumuri penisku, rupanya Lina menjilati penisku.

“Ahh.., tidak Mbak.., jangan Mbak,” kudorong tubuh Wati dan Lina, aku jadi panik kalau sampai ada warga yang melihat adegan kami.
“Ayolah Mas.. Kan sudah tanggung. Nanti pusing lagi loh,” Lina seperti tak puas, Wati pun menimpali.
“Maksud saya jangan kita lakukan disini, takut kalau ketahuan Pak RT. Kita pindah kekamar aja yah,” aku mengajak keduanya pindah ke kamar tidurku, setelah mengunci pintu utama kontrakanku.Sampai di kamarku, bagaikan balita yang akan dimandikan ibunya, pakaianku segera dilucuti dua SPG itu, dan mereka pun melepasi seluruh pakaiannya. Wah tubuh mereka nampak masih terawat, mungkin karena lama menjanda. Sebelum melanjutkan permainan tadi, kuputar lagi lagu Katon Bagaskara dengan volume agak keras supaya suara kami tak terdengar keluar.

Setelah itu, aku rebah dikasurku dan Lina segera mengulangi aksinya menjilati, menghisap penisku yang semakin mengeras. Lina bagaikan serigala lapar yang mendapatkan daging kambing kesukaannya. Sedangkan Wati berbaring disisiku dan kami kembali berpagutan bibir, bermain lidah dalam kecupan hangat. Dalam posisi itu tanganku mulai aktif meraba-raba susu Wati disampingku, kenyal dan hangat sekali susu itu, lebih sip sari susu sip yang mereka jual kepadaku.
“Oh Mas, saya sudah nggak tahan Mas,” Lina mengeluh dan melepaskan kulumannya dipenisku.

“Ayo Lin, kamu duluan.. Tapi cepat yahh,” Wati menyuruh Lina. Wanita bertubuh agak gemuk itu segera menunggangiku, menempatkan vagina basahnya diujung penisku Lina berposisi jongkok dan bless, penisku menembusi vaginanya.
“Ohh.. Aaauhh.. Mass hengg,” Lina meracau sambil menggenjot pinggulnya naik turun dengan posisi jongkok diatasku. Kurasakan nikmatnya vagina Lina, apalagi lemak pahanya ikut menjepit di penisku.Wati yang turut terbakar birahinya segera menumpangi wajahku dengan posisi jongkok juga, bibir vaginanya tepat berada dihadapan bibirku langsung kusambut dengan jilatan lidah dan isapan kecil. Posisi mereka yang berhadapan diatas tubuhku memudahkan keduanya saling pagut bibir, sambil pinggulnya memutar, naik turun, menekan, diwajah dan penisku.
Lima belas menit setelah itu, Lina mempercepat gerakannya dan erangannya pun semakin erotis terdengar.“Ahh Mass.., sayaa kliimmaakss.. Ohh ammphhuunnhh,” Lina mengejang diatasku, lalu ambruk berbaring disamping kananku. Melihat Lina KO, Wati kemudian turun dari wajahku dan segera mengambil posisi Lina, dia mau juga memasukkan penisku ke memeknya.“Ehh tunnggu Mbak Wati, tunggu,” kuhentikan Wati.

Aku bangkit dan memeluknya lalu membaringkannya dikasur, sehingga akulah yang kini diatas tubuhnya.
“Mass.. Aku pingin seperti Lina Masshh.. Puasin aku ya.. Meemmppffhh.. Ouhh Mass,” Wati tersengal-sengal kuserang cumbuan, sementara penis tegangku sudah amblas dimekinya.
“Ohh enakhhnya memekmu Watthh.. Enakhh ughh,”
“Engh.. Genjot yang kerass Mass, koontollmu juga ennahhkk.. Ohh Mass,” Wati dan aku memanjat tebing kenikmatan kami hingga dua puluh menit, sampai akhirnya Wati pun mengejang dalam tindihanku.
“Amphhunn Mass.. Ohh nikhhmatt bangghett Masshh..,” Wati mengecup dadaku dan mencakar punggungku menahan kenikmatan yang asyik.
“Iya Watt.. Inii untukkhhmu.. Ohh.. Oohh,” aku pun menumpahkan berliter spermaku ke dalam vagina Wati.
Setelah sama-sama puas, dua SPG susu itu pun berlalu dari rumahku, kutambahkan dua lembar ratusan ribu untuk mereka. Aku pun kembali tidur dan menghayalkan kenikmatan tadi. TAMAT
READ MORE - Cerita Pengalaman Seks Gadis SPG Sexy

Cerita Pengalaman Sex | Nikmanya Tubuh Tetanggaku Yang Mulus

Memang setiap orang sangat suka dengan keindahan tubuh wanita apalagi tubuh itu putih bersih wajah yang ayu dan manis. Cerita dewasa kali ini menceritakan sebuah lelaki yang sangat suka dengan tetangganya dan bermimpi untuk menikmati tubuh tetanggaku yang mulus itu untuk dia tiduri suatu saat nanti. Keinginan itu terjadi pula yang dia impikan sejak dulu yaitu menikmati tubuh gadis itu untuk. Kenikmatan itu merupakan sebuah kenikmatan dari abg muda, karena merupakan merenget keperawan juga dari gadis itu, seperti ngentot anak perawan smp. Siapa sich yang tidak suka dengan melihat gadis yang hot dan bahenal, pasti langsung klepek-klepek dech,apalagi gadis itu yang kota sayangi. Perkenalkan dulu namaku panggil saja Hendri, usia 30 tahun, dan saat ini tinggal di sebuah perumahan sederhana (bukan real estate) di kawasan Bukit Dieng. Rumah di kompleks perumahanku tentu saja tipe-tipe kecil yang sebagian besar bertipe 36 dan 45. Namun dengan penghasilanku yang lumayan aku bisa membuat rumahku yang mungil menjadi terlihat indah dan asri. Boleh dibilang rumahku merupakan rumah terindah di kompleks itu.

Aku menempati rumah ini sejak lima tahun yang lalu, dulunya sendiri saja, namun sejak satu tahun lalu aku menikah dan kini tinggal berdua dengan Sari, isteriku. Sari adalah seorang wanita yang cantik dan penuh perhatian, sekilas tidak ada yang kurang darinya. Apalagi dia juga bekerja sebagai Manajer Marketing di sebuah perusahaan farmasi, jadi keluarga kami secara keuangan tidak punya masalah.

Kehidupan perkawinanku yang selama ini kuanggap bahagia itu ternyata semu belaka. Sialnya, hal itu disebabkan seperti kata pepatah di atas:”Rumput tetangga selalu lebih hijau”.
Aku mempunyai tetangga baru, sepasang suami isteri dengan satu anak yang masih bayi. Suaminya seorang pelaut (anak buah kapal) dan isterinya ibu rumah tangga. Pada awalnya aku tidak terlalu peduli dengan kehadiran tetangga baru itu, walaupun ketika mereka datang memperkenalkan diri ke rumah aku sedikit terpukau dengan sang isteri yang punya body seksi dan montok. Pada saat itu aku merasa keterpukauanku hanyalah hal biasa saja.
Namun waktu berkata lain. Ternyata setelah berinteraksi dengan Sherly, begitu nama tetanggaku yang montok itu, aku mulai merasa ada daya tarik yang muncul dari wanita itu. Ada beberapa kelebihan yang dimiliki Sherly namun tidak dimiliki Sari, isteriku.
Pertama tentu saja body-nya yang montok, dengan dada yang menjulang dan pantat yang besar namun padat. Walaupun Sari juga seksi, namun ukuran buah dadanya cuma 34 B. Kalau Sherly kutaksir mungkin antara 36 B atau 36 C. Apalagi pantatnya yang bahenol itu tak kalah merangsang dibanding pantat”Inul”, membuat pria penasaran untuk meremasnya.
Kedua, wajah Sherly yang sensual. Kalau urusan cantik, pasti aku pilih Sari, namun ketika aku melihat wajah Sherly, maka aku membayangkan bintang film BF. Mungkin pengaruh dari bibirnya yang agak tebal dan matanya yang nakal. Setiap kulihat bibir itu berbicara, ingin rasanya aku merasakan ciuman dan kulumannya yang membara.
Ketiga adalah selera berbusananya, terutama selera pakaian dalamnya. Pertama kali aku melihat jemuran pakaian di belakang rumah mereka, aku langsung tertarik pada pakaian dalam Sherly yang dijemur. Model dan warnanya beraneka macam, mulai dari celana dalam warna hitam, biru, merah, hijau sampai yang transparan. Modelnya mulai dari yang biasa-biasa saja sampai model G-string. Motifnya dari yang polos sampai yang bermotif bunga, polkadot, gambar lucu sampai ada yang bergambar bibir. Wah.. Sari tidak suka seperti itu, menurutnya kampungan dan seperti pelacur jalanan. Padahal sebagai lelaki kadang kita ingin sekali bermain seks dengan perempuan jalanan.
Tiga hal itulah yang membuat aku selalu menyempatkan untuk curi-curi pandang pada Sherly dan tak lupa melihat jemuran pakaiannya untuk melihat koleksi pakaian dalamnya yang”jalang” itu.
Suatu hari, sepulang dari kantor, aku mampir ke Supermarket dekat kompleks sekedar membeli makanan instan karena isteriku akan pergi selama dua hari ke Bandung. Tak disangka di supermarket itu aku bertemu Sherly dengan menggendong bayinya. Entah kenapa jantungku jadi berdegup keras, apalagi ketika kulihat pakaian Sherly yang body-fit, baik kaos maupun roknya. Seluruh lekuk kemontokan tubuhnya seakan memanggil birahiku untuk naik.
“Hai.. Mbak, belanja juga?” sapaku.
“Eh.. Mas Hendri, biasa belanja susu”, jawabnya dengan senyum menghiasi wajah sensualnya.
“Memang sudah enggak ASI ya?” tanyaku.
“Wah.. Susunya cuma keluar empat bulan saja, sekarang sudah tidak lagi”.
“Hmm.. Mungkin habis sama Bapaknya kali ya.. Ha-ha-ha..” candaku.
Sherly juga tertawa kecil, “Tapi enggak juga, sudah dua bulan bapaknya enggak pulang”.
“Berat enggak sih Mbak, punya suami pelaut, sebab saya yang ditinggal isteri cuma dua hari saja rasanya sudah jenuh”.
“Wah.. Mas baru dua hari ditinggal sudah begitu, apalagi saya. Bayangkan saya cuma ketemu suami dua minggu dalam waktu tiga bulan”.
Aku merasa gembira dengan topik pembicaraan ini, namun sayang pembicaraan terhenti karena bayi Sherly menangis. Ia kemudian sibuk menenangkan bayinya.
“Apalagi setelah punya bayi, tambah repot Mas”, katanya.
“Kalau begitu biar saya bantu bawa belanjaannya”, aku mengambil keranjang belanja Sherly.
“Terima kasih, sudah selesai kok, saya mau bayar terus pulang”.
“Ohh.. Ayo kita sama-sama”, kataku.
Aku segera mengambil inisiatif berjalan lebih dulu ke kasir dan dengan sangat antusias membayar semua belanjaan Sherly.
“Lho kok..sudah dibayar? Berapa? Nanti saya ganti”, kata Sherly kaget.
“Ah.. Sedikit kok, enggak apa sekali-kali saya bayarin susu bayinya, siapa tahu dapat susu ibunya, ha-ha-ha..”, aku mulai bercanda yang sedikit menjurus.
“Ihh.. Mas Hendri!…….jahat deh” jerit Sherly malu-malu. Namun aku melihat tatapan matanya yang seakan menyambut canda nakalku.
Kami berjalan menuju mobilku, setelah menaruh belanjaan ke dalam bagasi aku mengajaknya makan dulu. Dengan malu-malu Sherly mengiyakan ajakanku.

Kami kemudian makan di sebuah restauran makanan laut di dekat kompleks. Aku sangat gembira karena semakin lama kami semakin akrab dan Sherly juga mulai berbaik hati memberikan kesempatan padaku untuk “ngelaba”. Entah siapa yang memulai duluan tapi semakin lama kami tampak seperti sepasang kekasih yang sedang melepas rindu. Tampaknya Sherly jadi semakin nyaman dan memberiku akses masuk jauh lebih dalam. Mulai dari posisi duduknya yang sedikit mengangkang sehingga aku dengan mudah melihat kemulusan paha montoknya dan tatkala usahaku untuk melihat lebih jauh ke dalam ia seakan memberiku kesempatan. Ketika aku menunduk untuk mengambil garpu yang dengan sengaja aku jatuhkan, Sherly semakin membuka lebar kedua pahanya. Jantungku berdegup sangat kencang
melihat pemandangan indah di dalam rok Sherly. Di antara dua paha montok yang putih dan mulus itu aku melihat celana dalam Sherly yang berwarna orange dan.. Brengsek, transparan!
Dengan cahaya di bawah meja tentu saja aku tak dapat dengan jelas melihat isi celana dalam orange itu, tapi itu cukup membuatku gemetar dibakar birahi. Saking gemetarnya aku sampai terbentur meja ketika hendak bangkit.

“Hi-hi-hi.. Hati-hati Mas….ntar ada yang benjol lho”, celoteh Sherly dengan nada menggoda.
Aku memandang wajah Sherly yang tersenyum nakal padaku, kuberanikan diri memegang tangannya dan ternyata Sherly menyambutnya.
“Hmm.. Maaf, saya cuma mau bilang kalau Mbak Sherly.. Seksi sekali”, dengan malu-malu akhirnya perkataan itu keluar juga dari mulutku.
“Terima kasih, Mas Hendri juga.. Hmm.. Gagah, lucu dan terutama, Mas Hendri pria yang paling baik yang pernah saya kenal”.
“O ya?”, aku tersanjung juga dengan rayuannya, “Gara-gara saya traktir Mbak?”
“Bukan cuma itu, saya sering memperhatikan Mas di rumah, dan dari cerita Mbak Sari, Mas Hendri sangat perhatian dan rajin membantu pekerjaan di rumah, wah.. Jarang lho Mas, ada pria dengan status sosial seperti Mas yang sudah mapan dan berpendidikan namun masih mau mengerjakan pekerjaan rumah”.
“Ha-ha-ha..” aku tertawa gembira, “Rupanya bukan cuma saya yang memperhatikan kamu, tapi juga sebaliknya”.
“Jadi Mas Hendri juga sering memperhatikan saya?”
“Betul, saya paling senang melihat kamu membersihkan halaman rumah di pagi hari dan saat menjemur pakaian”.
“Eh.. Kenapa kok senang?”.
“Sebab saya mengagumi keindahan Mbak Sherly, juga selera pakaian dalam Mbak”, aku berterus terang.
Pembicaraan ini semakin mempererat kami berdua, seakan tak ada jarak lagi di antara kami. Akhirnya kami pulang sekitar jam 8 malam. Dalam perjalanan pulang, bayi Mbak Sherly tertidur sehingga ketika sampai di rumah aku membantunya membawa barang belanjaan ke dalam rumahnya.
Mbak Sherly masuk ke kamar untuk membaringkan bayinya, sementara aku menaruh barang belanjaan di dapur. Setelah itu aku duduk di ruang tamu menunggu Sherly muncul. Sekitar lima menit, Sherly muncul dari dalam kamar, ia ternyata sudah berganti pakaian. Kini wanita itu mengenakan gaun tidur yang sangat seksi, warnanya putih transparan. Seluruh lekuk tubuhnya yang montok hingga pakaian dalamnya terlihat jelas olehku.

Tak seperti di bawah meja sewaktu di restoran tadi, kini aku dapat melihat dengan jelas celana dalam orange transparan milik Sherly. Sungguh indah dan merangsang, terutama warna hitam di bagian tengahnya, membayangkannya saja aku sudah berkali-kali meneguk ludah.
“Hmm.. Tidak keberatan kan kalu saya memakai baju tidur?”, tanya Sherly memancing.
Sudah sangat jelas kalau wanita ini ingin mengajakku selingkuh dan melewati malam bersamanya. Kini keputusan seluruhnya berada di tanganku, apakah aku akan berani mengkhianati Sari dan menikmati malam bersama tetanggaku yang bahenol ini.
Sherly duduk di sampingku, tercium semerbak aroma parfum dari tubuhnya membuat hatiku semakin bergetar. Keadaan kini ternyata jauh di luar dugaanku. Kemarin-kemarin aku masih merasa bermimpi jika bisa membelai dan meremas-remas tubuh Sherly, namun kini wanita itu justru yang menantangku.
“Mas Hendri mau mandi dulu? Nanti saya siapkan air hangat”, tanya Sherly sambil menggenggam tanganku erat.

Dari sorotan matanya sangat terlihat bahwa wanita ini benar-benar membutuhkan seorang laki-laki untuk memuaskan kebutuhan biologisnya.
“Hmm.. Sebelum terlalu jauh, kita harus membuat komitmen dulu Mbak”, kataku agak serius.
“Apa itu Mas?”
“Pertama, terus terang aku mengagumi Mbak Sherly, baik fisik maupun pribadi, jadi sebagai laki-laki aku sangat tertarik pada Mbak”, kataku.
“Terima kasih, saya juga begitu pada Mas Hendri”, Sherly merebahkan kepalanya di pundakku.
“Kedua, kita sama-sama sudah menikah, jadi kita harus punya tanggung jawab untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga kita, apa yang mungkin kita lakukan bersama-sama janganlah menjadi pemecah rumah tangga kita”.
“Setuju, saya sangat setuju Mas, saya hanya ingin punya teman saat saya kesepian, kalau Mas Hendri mau kapanpun Mas bisa datang ke sini, selagi tidak ada suami saya. Tapi saya sekalipun tidak akan meminta apapun dari Mas Hendri, dan sebaliknya saya juga ingin Mas Hendri demikian pula, sehingga hubungan kita akan aman dan saling menguntungkan”.

“Hmm.. Kalau begitu tak ada masalah, saya mau telpon ke rumah, supaya pembantu saya tidak kebingungan”.
“Kalau begitu, Mas Hendri pulang saja dulu, taruh mobil di garasi, kan lucu kalau Mas Hendri bilang ada acara sehingga tidak bisa pulang, sementara mobilnya ada di depan rumah saya”.
“Oh.. Iya, hampir saya lupa”.
Aku segera keluar dan pulang dulu ke rumah, menaruh mobil di garasi dan mandi. Setelah itu aku mau bilang pada pembantuku kalau aku akan menginap di rumah temanku. Namun tidak jadi karena pembantuku ternyata sudah tidur.
Aku segera datang kembali ke rumah Sherly. Wanita itu sudah menungguku di ruang tamu dengan secangkir teh hangat di atas meja. Pahanya yang montok terpampang indah di atas sofa.
“Wah.. Ternyata mandi di rumah ya? Padahal saya sudah siapkan air hangat”.
“Terima kasih, Mbak Sherly baik sekali”.

Wanita itu berjalan menutup pintu rumah, dari belakang aku memandang kemontokan pantatnya yang besar dan padat. Kebesaran pantat itu tak mampu dibendung oleh celana dalam orange itu, sehingga memperlihatkan belahannya yang merangsang. Seperti tak sadar aku menghampiri Sherly, lalu dengan nakal kedua tanganku mencengkeram pantatnya, dan meremasnya.
“Uhh..”, Sherly agak kaget dan menggelinjang.
“Maaf”, kataku.
“Tidak apa-apa Mas, justru.. Enak”, kata Sherly seraya tersenyum nakal memandangku. Senyum itu membuat bibir sensualnya seakan mengundangku untuk melumatnya.
“Crup..!”, aku segera menciumnya, Sherly membalasnya dengan nafsu.
Aku tak tahu sudah berapa lama bibir itu tak merasakan ciuman laki-laki, yang jelas ciuman Sherly sangat panas dan mahir. Berkali-kali wanita itu nyaris menggigit bibirku, lidahnya yang basah meliuk-liuk dalam rongga mulutku. Aku semakin bernafsu, tanganku menjalar di sekujur tubuhnya, berhenti di kemontokan pantatnya dan kemudian meremas-remas penuh birahi.
“Ohh.. Ergh…..masssss”, lenguh Sherly di sela-sela ciuman panasnya.
Dengan beberapa gerakan, Sherly meloloskan gaun tidurnya hingga terjatuh di lantai. Kini wanita itu hanya mengenakan Bra dan CD yang berwarna orange dan transparan itu. Aku terpaku sejenak mengagumi keindahan pemandangan tubuh Sherly.

“Wowww.. Kamu.. Benar-benar seksi Mbak”, pujiku ,”Buah dada Mbak besar sekali”
“Hi-hi-hi.. Punya Sari kecil ya? Paling 34 A, iya kan? Nah coba tebak ukuran saya?”, tanyanya seraya memegang kedua buah melon di dadanya itu.
“36 B”, jawabku.
“Salah”
“36 C”.
“Masih salah, sudah lihat aja nih…..”, Sherly membuka pengait Bra-nya, sehingga kedua buah montok itu serasa hampir mau jatuh. Ia membuka dan melempar bra orange itu kepadaku.
“Gila.. 36 D!”, kataku membaca ukuran yang tertera di bra itu.
“Boleh saya pegang Mbak?”, tanyaku basa-basi.
“Jangan cuma dipegang dong Mas, remas.. Dan kulum nih.. Putingnya”, kata Sherly dengan gaya nakal bagaikan pereks jalanan.

Wanita itu menjatuhkan tubuh indahnya di atas sofa, aku memburunya dan segera menikmati kemontokan buah melonnya. Kuremas-remas dua buah dada montok itu, kemudian kuciumi dan terakhir kukulum puting susunya yang sebesar ibu jari dengan sekali-kali memainkannya di antara gigi-gigiku. Sherly menggelinjang-gelinjang keenakan, napasnya semakin terdengar resah, berkali-kali ia mengeluarkan kata-kata jorok yang justru membuatku semakin bernafsu.
“Ngentot yuukk massss…………..ahhhh enak banget Mas..” jeritnya, “Ayo Mas.. Saya sudah kepingin kontol nih!”.

Aku menatapnya, meminta kepastian. Ia mengangguk. Ketika ia menciumku ketiga kali, aku membalas. Masa bodoh dengan si Hendra suaminya, pikirku. Kalau ada kesempatan kenapa tidak dimanfaatkan? Kami berpagutan lama. Bibirnya seperti tidak puas-puasnya menyedot, menggigit-gigit bibirku. Lidahnya liar berkali-kali memasuki mulutku. Aku membalasnya dengan kegairahan yang sama. Terus tangannya berkeliaran kesana-sini sampai ke selangkanganku dan menangkap bendaku yang mulai mengeras. Ia kaget dan berhenti mengulum bibirku.

“Nggak pakai CD ya?” tanyanya kaget. Alisnya mengerut.
“Sengaja” jawabku seenaknya. Ia kembali memagutku dengan ganas sambil memasukkan tangan kirinya ke dalam celanaku, meremas batangku dengan gemas. Lalu mengelusnya lembut. Ia berhenti lagi.
“Punya Mas besar banget” bisiknya.
“Gede mana dengan punya Mas Hendra?”
“Gedean ini. Lagian lebih panjang.”
Kami tertawa dan meneruskan pagutan kami. Giliran aku yang bekerja sekarang. Aku selangkangannya dengan tangan kananku. Ternyata kancing dan resleting celana jeansnya telah terbuka. Aku terus saja menerobos kedalam celana dalamnya. Kurasakan bulu kemaluannya kriting dan lebat menyentuh lembut telapak tanganku. Jariku menyentuh klitorisnya, lalu menggosoknya berputar. Ia semakin bergairah. Ciuman kami semakin ganas. Lalu kugunakan jariku untuk mengelus celah vaginanya diantara bibir dua vaginanya yang menyembul indah, sambil mencari lubangnya. Kata orang, bibir vagina yang gembul ini menimbulkan rasa yang lebih nikmat terhadap zakar disetubuhi. Ketika jariku menemukan lubangnya, kurasakan sudah ada cairan yang membasahinya. Aku mencoba menusuknya dengan satu jari. Bibir Sherly jadi terbuka merasakan kenikmatannya.
“Ahh..” katanya Lalu memagutku kembali.
Aku lalu memaju mundurkan jariku yang mulai basah oleh cairan vaginanya. Tangannya jadi semakin keras mengurut kermaluanku. Tiba-tiba ia berhenti. Lalu berdiri dan membuka seluruh pakaiannya sampai celana dalamnya sehingga bugil. Akupun tak mau ketinggalan. Kubuka seluruh pakaianku, sehingga ketika celana dalam kuperosotkan, batang kemaluanku menyembul keras. Sherly tertawa melihatnya.
“Hebat..” Katanya.

Ia lalu berbaring telentang dan mengajakku naik diatasnya. Aku menatapnya penuh nafsu. Jantungku terus berdegup kencang. Nafaskupun sudah memburu. Tubuhnya langsing, putih-mulus dan padat. Payudaranya besar dan kencang. Mimpi apa aku semalam sehingga dapat rejeki nomplok begini. Tanpa nunggu waktu akupun naik ke atasnya. Ia membuka kakinya dan seketika terlihat vaginanya yang berwarna kecoklatan ditengah bulu lebatnya, membuka untukku. Aku memeluknya erat dan bibirku kembali mengulum bibirnya. Ia menyambutnya dengan nafsu yang sama. Dengan satu tangan ia memegang batang zakarku yang sudah tegak dan membimbingnya ke arah vaginanya. Tiba di mulut vaginanya aku mendorongnya perlahan.
“Ahh..” Desahnya.
“Teruss hh.. Punyamu besar.. owww.. enak”
Kulihat mata Sherly setengah membuka. Nampaknya ia amat menikmati persetubuhan ini. Aku menekan lagi. Baru setengahnya aku cabut. Tapi tangannya yang satu menekan pantatku. Lalu kedua kakinya melingkari pinggangku. Lengkap sudah. Aku memasukkan zakarku kembali dan mendorongnya lebih kuat. Dua pertiga masuk. Kucabut. Lalu kumasukkan lagi dengan tekanan yang lebih kuat. Akhirnya batangku amblas ditelan vaginanya. Tak terkatakan rasa nikmat yang kudapatkan. Aku menciumi wajah bibir dan dadanya. Kuhisap dengan ganas. Kadang-kadang kupelintir puting susu yang agak kehitaman itu dengan bibirku dan ia mengerang nikmat.
“Ahh.. aw.. Ohh.. ohh. Cabut dong.”
“Ahh..” Aku cuma mendesah nikmat.
Aku mulai menarik batangku. Ia mengerang. Lalu kutekan lagi. Akhirnya dengan lancar kukayuh batangku mengocok vaginanya. Terdengar suara keplokan saat selangkangan kami beradu. Sherly mengerang-ngerang tiada henti.
“Awww.. ahh ..owww.. eenakk.. aduhh.. teruss..shh..uhh.. uhh.. awww..”
Aku merasakan batangku diurut oleh vaginanya yang kencang itu. Geli dan enak. Tak terkira nikmatnya. Dan aku masih saja menggenjot ketika ia menurunkan kedua kakinya ke kasur. Dengan bertumpu pada pijakan kakinya ia menggoyang pinggulnya berputar-putar mengikuti ayunan batangku keluar masuk Saking nikmatnya. Luar biasa. Penisku terasa dipelintir.
“Enghh.. Gila kamu Mas, kalau begini sebentar saja saya puas”, jerit Sherly keenakan.
“Tak apa Mbak, silahkan orgasme, kan masih ada babak selanjutnya”, tantangku. Kini kutambah rangsangan dengan meremas dan memilin puting susunya yang besar.

“Ohh.. Ohh.. Benar-benar enak Mas”, Sherly memejamkan matanya.
Si Cantik ini rupanya tahu cara menciptakan kenikmatan dan kepuasan bagi laki-laki. Sayang sekali Hendra terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak dapat memenikmatinya setiap saat. Kalau aku jadi dia, mendingan cari kerja lain yang bisa pulang sore dan menikmatinya. Sambil menggoyang pinggulnya ia menarik tangan kananku untuk meremas dada kirinya. Sedangkan dada kanannya masih dalam mulutku. Kuhisap mesra dan kutarik-tarik dengan bibirku. Tiba-tiba goyangannya berubah semakin kencang. Tangannya pun pindah ke rambutku dan menarik-narik dengan Sarir. Mulutnya semakin keras mengerang. Nafasnya semakin memburu. Keringatnya semakin banyak. Rupanya ia hampir orgasme. Akupun ingin keluar. Aku tidak tahu kenapa secepat ini. Biasanya aku bisa bertahan lama. Mungkin karena udara dingin. Atau mungkin karena aku mendapatkan bidadari yang mau memuaskan nafsuku.
“Ahh.. teruss.. cepatt.. cepetiin.. awww.. ahh ..owww.. mass sstt.. aku..”
“Yahh.. ohh.. iyaahh.. ituu.. ahh.. keluarr.. aww!”
Serr.. serr.. Terasa batangku tersiram cairan hangat dalam vaginanya. Ia menyemprotkan air maninya begitu kencang. Badannya mengejang dan memelukku sangat kencang. Aku menghentikan enjotanku sebentar dan membenamkan seluruh batangku dalam saking nikmatnya. Terjepit diantara bibir vaginanya dan ditambah gairah yang semakin membara, aku pun tidak tahan lagi.
“Huhh.. ahh.. ohh..”
Serr! Serr! Serr! Air maniku menyembur diujung lubang vaginanya yang terdalam. Aku memeluknya sekuat tenagaku. Bibirku pun mengenyot bibirnya. Ia membalasnya. Kenikmatanku telah mencapai puncaknya. Keringat membasahi tubuh kami di tengah cuaca dingin tengah malam. Aku terhempas di atas tubuhnya. Lemas.
“Enak mass?” bisik Sherly.
“Bukan enak tapi.. nikmat.” balasku sambil mencium telinganya.
Ia tertawa dan balas mencium pipiku. Kami terdiam agak lama, menikmati sisa persetubuhan kami. Batangku mulai mengerut tapi masih tertanam dalam vaginanya.
“Aku haus..” katanya.
“Ayo..”
Bisikku, “aku juga kepingin minum.”
Dengan hanya memakai selimut kami ke dapur. Selesai minum kami tidak kembali ke kamar. Ia mengajak duduk di sofa, lalu sambil menyenderkan badannya ke badanku ia menyalakan televisi. Tapi tengah malam begini mana ada TV yang siaran? Akhirnya TV pun dimatikan. Ia menoleh padaku dan tersenyum. Aku mendaratkan ciuman lembut di bibirnya yang ranum. Ia membalasnya dengan ganas. Kamipun saling mengulum, menggesekkan bibir kami, saling menyedot lidah lawan.

Desahan Sherly mulai keras dan ia kini membelai punggungku dengan tangannya. Terkadang ia membelai rambutku dan memegang kepalaku. Mulutku lalu turun keperutnya, bulu kemaluannya dan akhirnya berhenti tepat di depan kemaluannya. Kuperhatikan bentuk kemaluannya, indah sekali. Kelentitnya berwarna kecoklatan berada di ujung atas celah vagina, dibawah rambut kemaluannya yang ikal dan lebat. Sedangkan disisi celah vagina itu dua bukit daging menyembul seakan melindungi celah itu. Perfect! pikirku. Bisa jadi kemaluanku tadi merasakan nikmat bukan kepalang karena rupanya kedua bukit ini ikut menjepitnya. Kuangkat kedua lututnya ke atas kedua punggungku. Kukecup vagina itu dengan mesra lalu kujilat celah itu dari bawah ke atas. Terasa ada cairan membasahi bibir dan lidahku. Agak asin rasanya. Aku malah semakin bergelora menjilat, mengulum dan mengecup kemaluannya. Kadang-kadang kelentitnya kutarik-tarik dengan mulutku. Sherly nampaknya tidak menduga hal ini kulakukan.

“Awww…..sssshhhhhh…” ia menjerit keenakan dan kepalanya terkulai di senderan sofa, menggeleng kiri dan kanan.
Tangannya menekan kepalaku. Aku menarik kedua bukit daging vaginanya dengan jari tanganku dan terlihatlah lubang kecil disebelah bawahnya, sementara celahnya terbuka dan berisi daging kemerahan. Aku memasukkan lidahku kedalamnya dan kupelintir. Badan Sherly bergetar hebat sambil merintih tertahan.
“Ahh.. terusshh.. awww.. Nikmaat.. aahh.. Ahh..”

Aku terus menjilati dan memutar-mutar lidahku pada lubang kemaluannya. Terkadang jarikupun ikut partisipasi, menusuk-nusuk lubang itu. Lama-kelamaan lidah dan mulutku terasa pegal. Kuangkat kepalaku dan bergerak keatas mencium bibir Sherly. Ia menyambutnya dengan ganas. Cairan yang berasal dari vaginanya kini membasahi juga bibir dan pipinya. Aku berusaha membimbing kemaluanku dengan tangan kanan, tapi Sherly menahan dadaku dengan tanggannya, pertanda ia belum mau memulai. Ia memintaku duduk bersender, kemudian ia berlutut dihadapanku. Lalu dengan cepat ia mencengkeram kemaluanku yang juga sudah basah oleh cairan, lalu dikocoknya. Ia mengulurkan lidahnya ke arah kepala batangku yang sudah mulai tegang lagi, dan menjilatinya. Lalu seluruh batangkupun dijilatinya turun naik.

Dimasukkan batangku kedalam mulutnya sedikit sehingga hanya kepalanya saja yang ada dalam mulutnya. Ia mengenyotnya seperti es krim dan memutar-mutar kepalanya. Aku terpana dalam kenikmatan. Tidak disangka cewek cantik dan sopan tetanggaku ini bisa fantastis dalam soal sex. Ia pasti pernah nonton film blue, karena adegan semacam itu hanya ada dalam film semacamnya. Aku semakin merasa keenakan ketika ia memasukkan seluruh batangku kedalam mulutnya dan menghisap-hisapnya. Kepalanya turun-naik mengikuti kulumannya. Ia mendesah-desah dan pantatnya ikut bergoyang. Rupanya ia juga memainkan kelentit dan vaginanya dengan tangan kiri. Merasa tidak tahan aku menarik tubuhnya ke atas dan merapatkan kedua pahaku agar ia duduk mengangkangiku. Kugeser dudukku agak kebawah sehingga kemaluanku yang sudah tegang tepat berada dibawahnya. Ia meletakkan kedua lututnya di sofa dan merendahkan posisinya. Dengan tangan kirinya ia membimbing kemaluanku masuk kedalam vaginanya. Dengan memegang kedua pantatnya yang kencang itu aku menekan ke atas.

Batangku mulai masuk sedikit-demi sedikit. Lubang vagina terasa menjepit kemaluanku. Rasa nikmat luar biasa menyelimuti tubuhku. Kini batangku sudah tertelan semua dan terasa ujungnya menyentuh dasar vaginanya. Sherly menggoyangkan pantatnya ke kiri dan kanan, semacam isyarat agar aku mulai mengayuhnya. Dengan kedua tanganku kuangkat pantatnya perlahan, lalu kuturunkan lagi. Masih terasa sempit, tapi kali ini sudah licin oleh cairan yang keluar dari kedua alat kami. Tak lama kemudian batangku dengan lancar keluar masuk pintunya, diringi suara erangan Sherly yang mulai keras. Deru nafasku pun mulai memacu. Betapa nikmat bersenggama di malam dingin seperti ini, dengan suara rintik hujang masih menemani enjotanku. Sambil mengayunkan pantatnya, aku mulai menyedot puting payudara Sherly yang dari tadi menganggur. Kusedot dengan penuh nafsu. Terkadang Sherly membantunya dengan meremas payudaranya sendiri dari arah tepi. Aku menghentikan ayunanku dan memintanya turun. Lalu kubalikkan badannya agar membelakangiku. Lalu dengan kakinya yang terbuka mengangkangiku kuturunkan tubuhnya.

Ia membantu menuntun kemaluanku dengan tangan kirinya ke arah lubangnya. Lalu “bless..” dengan mudah batangku masuk kedalam sarang nikmatnya. Aku merasa geli campur nikmat. Batangku menggesek dinding vaginanya sangat terasa. Mungkin karena posisi zakarku dan lubang vaginanya yang berbalik bengkoknya. Ia menarik pantatnya ke atas perlahan, lalu menurunkannya dengan cepat. “Bless..” Begitu seterusnya. Karena semakin cepat, terdengar suara kecipak dengan keras tanda selangkangan kami beradu. Mulut Sherly pun tak henti-hentinya merintih.

“Ahh.. terusshh.. ahh.. yaach.. begitu.. hh .. awww..”
Dengan tangan kanan aku meraih ke depan selangkangannya dan menggelitiki kelentitnya yang turun naik bersama tubuhnya. Sedangkan tangan kiriku meremas payudara kirinya.
“Yachh.. begituu.. aww .. aku hh.. nggak.. tahan.. nnhh.. ohh.. enaak.. maas.. ”
Aku terus mengayuhnya tanpa menghiraukan rintihannya. Keringat telah mengucur dari tubuh kami membasahi sofa. Padahal cuaca dingin seakan mengiringi kenikmatan kami berdua.
“Mas? hh..”
“Ya sayang…….”
“Aku hh.. pegal.. ohh”
Serentak aku stop ayunanku dan memintanya berdiri. Akupun berdiri dan memintanya menghadap sofa. Lalu kurtekan punggungnya agar ia berpegangan pada sandaran sofa. Dengan meletakkan lututnya di sofa, ia menungging di hadapanku. Aku berlutut di di belakangnya, memandangi vaginanya. Aduhai, indah nian pantat perempuan ini, putih, mulus dan kencang dengan lipatan vagina yang montok tepat di depan mukaku. Aku mencium vagina itu dan menjilatinya sepuasku. Terkadang kelentitnya kukulum mesra.

Puas menjilatinya aku berdiri lagi. Dengan perlahan kutuntun batangku menuju sarungnya. Sambil memegang pinggangnya, aku menekan kedepan dan dengan sekejap batangkupun sudah tenggelam. Kukayuh dengan santai dan berirama. Sherly mengikutinya dangan memaju-mundurkan pantatnya. Terkadang ia memutarnya. Terasa sekali kulit zakarku menggesek dinding vagina bawahnya sehingga rasa geli dan nikmat semakin meningkat. Terdengar suara “plok.. plok..” akibat pantatnya memukul perutku.
“Ahh .. ooh.. sshh .. uuhh.. awww.. nikmaat..hh .. ” “terus..mass..”

Sambil merintih begitu Sherly meraih tanganku dan mengantarnya ke dadanya. Secara otomatis aku meremasnya, memutarnya dan memelintir putingnya. Badan Sherly berguncang hebat, tanda ia menikmati sekali persetubuhan ini. Aku menghentikan sebentar ayunanku dan berdiri tegak tanpa
melepaskan kemaluanku dari lubang enaknya. Lalu kurapatkan kedua pahanya dan kini aku yang mengangkang. Dengan posisi seperti ini Saring vagina Sherly jadi semakin sempit. Aku semakin bernafsu menggenjotnya. Terasa zakarku dipilin-pilin semakin nikmat. Nampaknya Sherly juga begitu. Tapi posisi seperti itu tidak lama kami lakukan karena Sherly keburu merasa pegal.

Akhirnya kami merubah posisi lagi. Ia duduk bersenderkan senderan sofa menghadapku dengan kaki yang dibuka lebar. Terlihat vaginanya yang sudah kecoklatan, kencang dan tegang dengan cairan yang membasahi sofa. Aku berlutut dihadapannya dan dengan satu tangan aku menuntun jagoanku ke arah lawannya. “Bless..” ia masuk lagi dengan gagah. Sherly merintih panjang.
“Ahh.. ah..ah..ah!”

Secara refleks ia melingkarkan kedua kakinya ke pinggangku. Lalu ia mengangkat kakinya keatas dibantu kedua tangannya yang memegang kedua bawah lututnya, sehingga pahanya menyentuh perutnya. Terasa vaginanya membuka lebar. Batang zakarku semakin lancar saja keluar masuk lubang nikmatnya. Dengan posisi ini zakarku keluar masuk dengan lancar. Tetapi karena posisi berlututku lebih tinggi dari pantatnya, bagian atas batangku jadi menggesek kencang dinding luar atas vaginanya, bahkan sering menggesek klitorisnya. Sherly jadi semakin blingsatan keenakan. Ia mengerang hebat. Kepalanya menggeleng ke kiri dan kanan.
“Ahh.. aw! Aw! Aw! terusshh.. Iyaa.. Ituu.. teruuss.. oh! Oh! Oh! aahh..!”
Dengan menumpukan pada kedua tanganku ke sofa, aku berusaha menangkap bibirnya dengan bibirku. Ia menerkamnya dan memelukku. Bibirku digigit-gigitnya ganas. Lidahnya dengan liar memasuki mulutku. Terkadang ia mengenyot bibirku dengan rakus.
“Mass.. aduhh.. enakh..”
“Cepetinn.. dongh.. aku mau.. keluarrhh aw! Aw! Aw! Ohh.. Ah! ah! “
“Aku juga.. ahh.. ahh!” sahutku sambil mempercepat goyanganku.
Ia pun semakin bergairah memutar pantatnya. Jari tangannya menjenggut-jenggut rambutku hingga kusut.
“Ahh.. ahh.. aahh.. aahh..”
“Hiyah.. hiyah.. yahh.. aahh”
Serr.. serr.. ser! Ser! Dengan sepenuh tenaga kuhunjamkan zakarku. Sekali. Dua kali. Bersamaan dengan itu Sherly memelukku dengan erat. Badannya mengejang. Bibirnya merenggut ganas bibirku dan menyedotnya denan rakus.
“Mmmff.. mmff.. ahhmm..”
Hanya itu yang keluar dari mulut kami. Aku tumbang di atas badan empuk Sherly. Ia memelukku erat. Zakarku banyak sekali menyemprotkan air mani. Begitu banyaknya, aku tidak bisa membedakan lagi mana yang berasal dari dalam vagina Sherly. Semua bercampur dalam puncak kenikmatan orgasme kami. Keringat, air mani, ludah dan cairan lainnya. Sulit untuk melukiskan kenikmatan yang kami alami, di malam buta, demgam rintik hujan masih turun dan cuaca puncak yang dingin, seakan ingin menambahkan kenikmatan bagi kami berdua..
“Mas?!”
“Hmm..”
“Mas..?!”
“Ya sayang..?!”
Aku menatapnya. Ia tersenyum, tapi ada linangan air mata di pipinya. Aku mengusapnya. Aku baru mau mengucapkan sesuatu, tapi ia menutup bibirku dengan jari tangan kanannya. Lalu bibirnya mengecup bibirku, lembut.
“Aku bahagia..”
“Tidur yuk? Udah jam dua”
“Gendong aku dong..”
“Aku coba ya?”

Setelah membersihkan masing-masing kemaluan kami, dengan telanjang bulat aku mencoba menggendongnya ke kamar, dalam keadaan bugil pula. Ia ketawa cekikikan ketika kucium dadanya. Ia menggeleng manja ketika ia akan kuletakkan di tempat tidur sebelahku. Akhirnya badannya yang montok itu kutaruh perlahan di tempat tidur. Tangannya masih menggayut leherku ketika aku hendak mengambil selimut, seakan tidak ingin kehilanganku sesaatpun. Akhirnya kamipu ter tidur di kasurnya, meskipun agak sempit. Dengan kaki kanan yang menaiki perutku, ia tidur disisi kananku dengan kepala terkulai didadaku. Aku membelai rambutnya dan pikiranku menerawang, menikmati sisa-sisa persenggamaan tadi. TAMAT
READ MORE - Cerita Pengalaman Sex | Nikmanya Tubuh Tetanggaku Yang Mulus